EmitenNews.com—Yield 2 tahun AS turun cukup besar, sekitar 75 basis poin (bps) dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya. Persentasenya berada di 3,84% pada Jumat, 17 Maret 2023. Sementara itu, yield 10 tahun turun lebih moderat dengan 27 bps menjadi 3,43%. Meski inflasi mereda, namun ada ketidakpastian yang tinggi di pasar keuangan AS setelah krisis SVB Financial Group. Terbaru, bank-bank AS berburu likuiditas darurat dari the Fed sebesar USD153 miliar dalam beberapa hari terakhir. Selain itu, 11 bank sepakat untuk menyetor dana senilai USD30 miliar ke First Republic Bank untuk menghindarkan bank tersebut dari kebangkrutan.

 

Merujuk pada data riset dari Pefindo disebutkan bahwa Yield di Zona Euro dan Inggris mengikuti pergerakan di AS. Yield 2 tahun Zona Euro turun 71 bps menjadi 2,37% pada Jumat, 17 Maret 2023. Sedangkan, di Inggris, persentasenya turun 40 bps menjadi 3,23%. Sementara itu, yield 10 tahun Zona Euro turun 40 bps menjadi 2,10% sementara di Inggris, penurunannya 36 bps menjadi 3,28%.

 

Di Asia, yield 10 tahun Jepang kembali turun dan berada pada 0,284% pada Jumat, 17 Maret 2023 atau 12 bps lebih rendah dibandingkan dengan akhir pekan sebelumnya. Imbal hasil Jepang mulai turun tajam setelah bank sentral mempertahankan kebijakan ultra-rendah pekan lalu. Selain itu, runtuhnya Silicon Valley Bank dan masalah di bank Swiss Credit Suisse memicu kekhawatiran krisis keuangan, mendorong investor berburu aset yang lebih aman seperti US treasury dan obligasi pemerintah Jepang.

 

Sementara itu, yield 10 tahun di China, India, dan Korea Selatan tidak banyak berubah dan bergerak di sekitar 2,87%, 7,34%, dan 3,76%, masing-masing. Kondisi yang mirip juga terjadi di Malaysia, Filipina, dan Thailand, yang mana juga tidak banyak berubah dan bergerak di sekitar 3,93%, 5,40%, dan 2,46% selama pekan lalu. Sebaliknya, yield 10 tahun Singapura turun cukup dalam, sekitar 29 bps menjadi 2,93%.

 

Di Indonesia, yield 10 tahun turun 5 bps menjadi 6,91%. Sementara itu, yield 2 tahun turun lebih dalam dengan 14 bps menjadi 6,47%. Penurunan yang lebih dalam pada yield jangka pendek nampaknya didorong oleh peningkatan permintaan oleh investor asing. Ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi membuat mereka lebih memburu tenor jangka pendek.

 

CDS 5 tahun Indonesia sedikit turun setelah sempat menyentuh level tertinggi 2023 di 110,65 pada Rabu, 15 Maret 2023. CDS ditutup di 105,04 per 17 Maret 2023.

 

Pemerintah mengumpulkan Rp20,0 triliun dari melelang 7 seri surat utang pada Selasa, 14 Maret 2023. Total penawaran yang masuk mencapai dua kali lipat lebih, yakni Rp52,6 triliun. Seri menengah panjang adalah yang paling favorit, dicerminkan dari bid-to-cover-ratio yang lebih tinggi. FR0089 (jatuh tempo pada 15 Agustus 2051) melaporkan rasio tertinggi dengan 3,14 kali. Sebaliknya, SPN03230614 (jatuh tempo pada 14 Juni 2023) melaporkan rasio paling rendah (1,25 kali).

 

Yield 3 tahun obligasi korporasi cenderung tidak banyak berubah di minggu lalu. Yield peringkat AAA ditutup di 6,95% pada Jumat, 17 Maret 2023 atau 55 bps lebih tinggi daripada yield benchmark. Sementara itu, yield peringkat AA dan A masingmasing berada pada 7,27% dan 8,45% atau 87 bps dan 205 bps lebih tinggi daripada yield benchmark. Yield peringkat BBB berada pada 10,57% atau dengan premi sekitar 417 bps di atas yield benchmark.

 

Penurunan yield obligasi pemerintah seiring dengan arus masuk modal asing mendukung kenaikan indeks obligasi. Indeks komposit obligasi naik 0,47% menjadi 350,71 pada Jumat, 17 Maret 2023, didorong oleh kenaikan pada indeks obligasi pemerintah (naik 0,48% menjadi 343,02) dan indeks obligasi korporasi (naik 0,37% menjadi 398,75).