EmitenNews.com -PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dalam RUPS yang digelar pada hari Kamis, 15 Juni 2023 telah menyetujui penetapan penggunaan laba bersih tahun buku 2022 sebesar Rp 1,91 triliun. Jumlah pembayaran dividen tersebut setara dengan 50% dari laba bersih tahun lalu. Angka dividen payout ratio tersebut konsisten jika dibandingkan dengan tahun buku 2021. 

 

Namun sebenarnya, total nilai pembayaran dividen tahun buku 2022 naik setara 105% jika dibandingkan total nilai dividen tunai tahun 2021 yang hanya sebesar Rp930,87 miliar. Setiap pemegang satu saham emiten tambang logam ini mendapatkan pembayaran dividen sebesar Rp79,50. 

 

Harga saham ANTM pada penutupan perdagangan saat cum datenya Jumat (23/06) berada di level Rp2.010. Sehingga dividend yield saham ANTM mencapai 3,96%. Sebagai informasi, pada tahun 2022 lalu, laba tahun berjalan ANTM adalah sebesar Rp3,82 triliun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 1,87 triliun. Sementara sisa dari laba akan dimasukkan sebagai laba ditahan. 

 

Apabila dilihat dari rasio profitabilitas dibawah, ANTM memiliki Net Profit Margin secara Quarter yang lebih tinggi yaitu sebesar 13,97% apabila dibandingkan dengan industri dan sektornya yang hanya sebesar 5,40%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ANTM lebih profitable dari kompetitornya atau memiliki kinerja yang lebih baik dalam mengelola pengeluarannya. 

 

Equity Research Analysts dari StockNow.id Hendra Wardana dan Sherly T Kirana menyebutkan, produk Komoditas ANTAM sangat terdiversifikasi seperti, Emas, Perak, Bauksit, Nikel, Batu Bara ,Jasa Eksplorasi. Memiliki banyak anak usaha dan menjalin kerja sama berbagai negara, menjadikan ANTAM tercatat sebagai salah satu pertambangan terdiversifikasi se Asia Tenggara.

 

Bisnis dan produksi PT Aneka Tambang sangat berpengaruh dengan harga komoditas, seperti harga Emas, harga Nickel LME, Harga Batu Bara. Pendapatan dan posisi kas ANTAM sebagian besar dalam mata uang Dolar AS sedangkan sebagian besar beban operasi ANTAM dalam mata uang Rupiah. ANTAM juga memiliki pinjaman signifikan dalam Dolar AS, maka ANTAM mempunyai eksposur risiko melemahnya nilai Rupiah terhadap Dolar AS.

 

ANTAM terpapar risiko tingkat bunga arus kas terhadap pinjaman dengan suku bunga mengambang. ANTAM menganalisis eksposur tingkat suku bunga secara dinamis. Sementara kenaikan tingkat suku bunga disebabkan oleh kenaikan inflasi, dimana seluruh harga produksi dan harga komoditas sangat berdampak.

 

Risiko kredit adalah risiko bahwa ANTAM akan mengalami kerugian yang ditimbulkan oleh pelanggan atau pihak ketiga yang gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya. Tidak ada konsentrasi risiko kredit yang signifikan. ANTAM mengelola dan mengendalikan risiko kredit dengan menetapkan batasan jumlah risiko yang dapat diterima untuk masing-masing pelanggan dan memantau risiko terkait dengan batasan-batasan tersebut.

 

Pengelolaan risiko likuiditas dilakukan antara lain dengan memonitor profil jatuh tempo pinjaman dan sumber pendanaan, menjaga saldo kecukupan kas dan surat berharga dan kesiapan untuk menjaga posisi pasar. Grup mempertahankan kemampuannya untuk melakukan pembiayaan atas pinjaman yang dimiliki dengan cara mencari berbagai sumber fasilitas pembiayaan yang mengikat dari pemberi pinjaman yang andal. Grup mempunyai eksposur risiko likuiditas dengan adanya pendanaan obligasi dan pinjaman modal untuk pengembangan proyeknya. Tanggal jatuh tempo kontraktual dari liabilitas keuangan seperti utang usaha, biaya masih harus dibayar, utang lain-lain dan pinjaman bank jangka pendek adalah kurang dari satu tahun, kecuali untuk liabilitas keuangan seperti utang obligasi dan pinjaman investasi. Jumlah yang disajikan dalam tabel adalah arus kas yang tidak didiskonto.