EmitenNews.com - Wall Street mencatat penguatan mingguan terbaik dalam beberapa bulan terakhir. Penguatan itu, dipengaruhi spekulasi pemangkasan suku bunga acuan the Fed lebih dari 2 kali. Itu setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) lebih rendah dari perkiraan. 

Salah satu indikasi spekulasi itu, koreksi signifikan U.S. 10-year treasury yield menjadi 4,623 persen dari pekan lalu 4,7 persen. Oleh kebab itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang perdagangan Senin, 20 Januari 2025, diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kisaran support 7.100, dan resistance level 7.150.

Pada perdagangan Jumat, 17 Januari 2025 lalu, IHSG sukses menguji resistance 7.130. Akan tetapi, pola doji yang terbentuk mengindikasikan kerawanan IHSG terhadap koreksi awal pekan depan. Jadi, sepanjang pekan ini, IHSG masih berpeluang melanjutkan pola minor bullish reversal. 

IHSG ditopang ekspektasi dampak positif perbaikan ekonomi Tiongkok terhadap ekonomi Indonesia, khususnya kinerja ekspor. Kuartal IV-2024, Tiongkok mencatat pertumbuhan ekonomi 5,4 persen yoy, jauh lebih tinggi dari perkiraan 5 persen yoy, dan naik dari kuartal III-2024 di kisaran 4,6 persen. 

Stimulus fiskal dan moneter diyakini mendorong tren positif berlanjut pada kuartal pertama 2025. Nah, dari dalam negeri, stimulus fiskal dan moneter awal 2025 diyakini menopang pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi rumah tangga, dan belanja Pemerintah. Pasar mulai konfiden terhadap potensi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen kuartal pertama 2025. 

Data-data terbaru Desember 2024 juga membangun keyakinan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 lebih baik dari perkiraan. Menilik data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan pelaku pasar mengemas sejumlah saham berikut. Yaitu, CPIN, ESSA, TINS, BRIS, MAPI, dan AMRT. (*)