EmitenNews.com - Pemerintah menginginkan adanya pengusutan dalam kasus gagal ginjal akut misterius pada anak-anak. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy meminta Polri mengusut dugaan tindak pidana impor bahan obat sirop dalam kasus gagal ginjal akut yang dialami anak di Tanah Air itu. Permintaan tersebut sesuai kesepakatan hasil koordinasi dengan beberapa kementerian. Kementerian Kesehatan mendata sebanyak 133 balita meninggal karena kasus itu.


Dalam keterangannya yang dikutip Ahad (23/10/2022) Menko Muhadjir Effendy mengatakan pengusutan perlu dilakukan. Pasalnya, berdasarkan data awal bahan baku obat sirop yang menyebabkan ratusan anak Indonesia gagal ginjal akut itu, diimpor dari sebuah negara yang justru tidak terkena kasus gagal ginjal akut.


"Kita sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan, BPOM, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian dan kita telah mendapatkan masukan dari semua pihak. Tadi malam saya sudah telepon Pak Kapolri agar kasus gagal ginjal akut ini diusut dan ditelaah kemungkinan ada tidaknya tindak pidana," kata Muhadjir Effendy di Gang Barjo, Kebon Kelapa, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/10/2022).


Muhadjir menyebutkan ada tiga negara importir bahan obat sirop, yakni Indonesia dengan kasus terbanyak di atas 100 orang anak yang diperkirakan akan terus bertambah. Lalu,  Zambia di Afrika Selatan sebanyak 70 kasus, dan Nigeria di Afrika Barat berjumlah 25 kasus.


Pemerintah akan menelisik ke bagian yang paling hulu dari mulai asal bahan baku obat sirup itu, bagaimana proses masuk ke Indonesia, dan terdistribusi pada pabrik-pabrik farmasi mana serta macam-macam produk yang dihasilkan dari bahan tersebut.


Pemerintah segera menetapkan status terkait adanya pelanggaran atau tidak. Jika ada, masuk dalam kategori pidana atau tidak. Kasus ini sangat penting diusut, karena menyerang anak-anak di bawah umur. Terutama umur 10 tahun ke bawah dengan rata-rata 1-6 tahun yang merupakan sumber daya manusia (SDM) berharga di masa depan.


"Bagi kita, satu korban, bukan tak ternilai karena itu kita berharap kalau ada pelanggaran harus ditindak secara tegas," kata tokoh Muhammadiyah ini.


Hingga saat ini belum diketahui bagaimana dampak bagi mereka yang belum sembuh karena serangannya pada organ paling vital. Pemerintah tidak ingin kasus ini terulang kembali sehingga apa pun status hasil pengusutan kasus bahan baku obat sirop dalam kasus gagal ginjal ini, yang terpenting adalah penanganan cepat.


Kementerian Kesehatan telah mengumumkan sebanyak 102 merek obat sirop yang dikonsumsi para pasien gagal ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury/AKI) di Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers terkait AKI, di Jakarta, Jumat (21/10/2022) mengatakan Kemenkes telah mendatangi 156 rumah pasien. Dari situ diketahui ada 102 obat sirop di lemari keluarga anak yang terkena kasus gagal ginjal akut. Presiden Joko Widodo meminta agar data itu dibuka kepada publik.


Menkes Budi mengatakan seluruh produk obat sirop tersebut terbukti secara klinis mengandung bahan polyethylene glikol yang sebenarnya tidak berbahaya sebagai pelarut obat sirop. selama penggunaannya berada pada ambang batas aman.


Sesuai Farmakope dan standar baku nasional yang diakui, ambang batas aman atau Tolerable Daily Intake (TDI) untuk cemaran EG dan DEG sebesar 0,5 mg/kg berat badan per hari. Namun, kalau formula campurannya buruk, polyethylene glikol bisa memicu cemaran seperti Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Ether (EGBE). Polyethylene glikol, pelarut tambahan yang jarang dicatat dalam informasi produk obat.


Kondisi sepertinya makin gawat, dilihat dari jumlah korban yang terus bertambah. Dalam jumpa pers, Jumat (21/10/2022),  Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap ada 241 anak yang terkena gagal ginjal akut misterius di Indonesia itu. Total pasien yang meninggal tercatat bertambah menjadi 133 kasus, dari sebelumnya 99 jiwa anak. Tren peningkatan kasus melonjak sejak Agustus 2022, yang ditemukan dalam 22 provinsi.


"Kami sudah mengidentifikasi ada 241 kasus gangguan ginjal akut pada 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus. Kita lihat yang masuk RS cepat sekali kondisinya memburuk, sesudah lima hari urine menurun secara drastis," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin. ***