EmitenNews.com - Bank Indonesia (BI) diminta tidak terburu-buru dalam menaikkan suku bunga acuan yang saat ini masih di level 3,5 persen. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, kebijakan ini penting untuk menjaga Indonesia aman dari lonjakan inflasi. Angka inflasi per Juli 2022 melesat hingga 4,94 persen. Tetapi, inflasi inti masih 2,86 persen, di bawah target pemerintah 3 persen.


"Angkanya masih rendah, ekonomi masih recovery. Kita berharap BI tak terlalu terburu-buru, dan apalagi DPK (dana pihak ketiga) masih di atas 10 persen, dan perbankan masih solid," ujar Menko Airlangga Hartarto di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (5/8/2022).


Mengenai outlook pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2022, pemerintah secara keseluruhan melihat itu bakal masih baik-baik saja. Itu tergambarkan lewat proyeksi purchasing managers index atau PMI manufaktur, indeks keyakinan konsumen, neraca perdagangan, hingga jumlah cadangan devisa yang dipegang seluruhnya relatif berada pada posisi baik.


"Ke depan perubahan harga komoditas relatif akan landai, dari sisi supply disruption dan demand tak ada perubahan mendasar, sehingga Indonesia masih bisa memanfaatkan commodity booming," bebernya.


Menurut Airlangga, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi full year 5,2 persen pada 2022. Di kuartal ketiga dan keempat, Ketua Umum Partai Golkar itu, optimistis harus di atas 5 persen.


Seperti diketahui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022 memutuskan tetap mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen.


“Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” kata Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2022 dengan Cakupan Triwulanan, Kamis (21/7/2022). ***