EmitenNews.com - Wisata kebugaran menjadi kekuatan baru pariwisata Indonesia yang didukung berbagai tradisi Nusantara. Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyebut "wellness tourism" itu, turut didukung menguatnya preferensi perjalanan wisata yang berorientasi pada pemulihan diri atau "healing", terutama di kalangan generasi muda.

"Indonesia kaya akan tradisi wellness. Antara lain seperti di Jawa, Solo, dan juga di Bali. Kita punya produk-produk 'wellness', seperti lulur, jamu, dan spa. Ada banyak sekali," ujar Menpar Widiyanti Putri Wardhana saat menghadiri penutupan Wonderful Indonesia Wellness (WIW) 2025 di Asram Edupark, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (30/11/2025) malam.

Menurut Widiyanti, potensi wisata kebugaran turut didukung menguatnya preferensi perjalanan wisata yang berorientasi pada pemulihan diri atau "healing". Terutama di kalangan generasi muda.

"Gen-Z dan milenial sekarang kalau bepergian ingin untuk 'healing', untuk 'wellness' karena keadaan dunia sekarang 'stressful'," kata Menpar.

Selain itu, berbagai unsur budaya, seperti gamelan dan tarian Jawa, juga mulai banyak dipadukan dalam paket wisata kebugaran karena memiliki efek terapeutik bagi wisatawan.

"'Sound healing' kita dengan memainkan gamelan bisa menenangkan jiwa kita. Dan belajar menari Jawa juga sebenarnya therapeutic," ucapnya lagi.

Mengutip laporan Global Wellness Institute (GWI), Widiyanti mengatakan Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara untuk nilai ekonomi wellness dengan estimasi industri sekitar USD56 miliar.

Selain itu, hasil studi Universitas Harvard menyebut masyarakat Indonesia menjadi bangsa paling sejahtera di dunia berdasarkan indikator fisik, psikologis, mental, kesehatan, dan hubungan sosial.

"Orang Indonesia nomor satu di atas Jepang dan Amerika Serikat. Dari situlah saya, kami di Kemenpar, berpikir bahwa wellness tourism itu adalah kekuatan kita," ujar dia.

Sementara itu, WIW 2025 berlangsung sebulan penuh sejak 1 hingga 30 November, menyatukan Royal Surakarta Wellness Festival yang diselenggarakan oleh Keraton Surakarta serta Jogja Cultural Wellness Festival oleh BPPD Yogyakarta.

Jumlah pengunjung dalam WIW 2025 telah mencapai sekitar 2.000-3.700 orang. Selain itu, lebih dari 750 pelaku wellness, 140 pekerja seni, serta sekitar 900 pekerja "event organizer" terlibat dalam rangkaian kegiatan tersebut.

"Di Yogyakarta kami dapat laporan sekitar 77 UMKM, tapi total di dua kota hampir 100 UMKM yang terlibat," kata dia.

Deputi Bidang Pengembangan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenpar Vinsensius Jemadu menyampaikan bahwa pelaksanaan WIW 2025 di Yogyakarta dan Solo telah mencatatkan transaksi sekitar Rp9 miliar dari penjualan tiket dan paket wisata.

Dari kegiatan tersebut, total perputaran ekonominya diperkirakan mencapai hampir Rp400 miliar.

Itu berarti, bahwa wellness ini adalah 'special interest' dan wajar kalau dimasukkan sebagai 'flagship' Kementerian Pariwisata," kata Vinsensius.

Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Daerah Istimewa Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara menyebut Yogyakarta telah mengembangkan potensi wisata kebugaran itu sejak beberapa tahun terakhir.

Budaya dan "slow living" menjadi dua kekuatan utama yang mendorong pengembangan wisata kebugaran di daerah ini. Ia mencontohkan tradisi berjalan tanpa alas kaki ("grounding") atau dalam bahasa Jawa disebut "nyeker" sudah dilakukan masyarakat DIY sehari-hari. ***