Menteri Erick Ungkap, Tinggi Ketergantungan Indonesia pada AS

Ilustrasi aktivitas perdagangan Indonesia. Dok. Kementerian Keuangan.
"Dengan mengurangi ketergantungan pada pasar AS, Indonesia dapat memperkuat posisi tawar dalam negosiasi," kata Didik Mukrianto lewat akun X miliknya, Minggu 27 April 2025.
Di tengah memanasnya negosiasi tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), kritik Washington terhadap sistem pembayaran QRIS dan GPN dinilai sebagai bentuk tekanan perdagangan. Didik Mukrianto menganggap kondisi ini sebagai momentum bagi Indonesia untuk memperkuat kemandirian ekonomi digitalnya.
"Kritik AS terhadap QRIS dan GPN muncul di tengah negosiasi tarif resiprokal. Ini menunjukkan ada tekanan perdagangan yang tidak bisa diabaikan," tegas anggota Komisi III DPR RI itu, Minggu (27/4/2025).
Didik Mukrianto menyarankan pemerintah membuka lebih banyak pasar alternatif di Asia, seperti China, India, ASEAN, hingga Timur Tengah. Dengan demikian, tekanan tarif dari AS tidak akan berdampak besar terhadap stabilitas ekonomi nasional.
"Ketergantungan berlebih pada AS membuat Indonesia rentan terhadap tekanan politik," tegas politisi Partai Demokrat itu. ***
Related News

PU Atasi Sampah yang Hambat Distribusi Air ke Lahan Pertanian

Pabrik Gula akan Dilibatkan Sebagai Penjamin Kredit Petani Tebu

LPS Akan Lakukan Penguatan Kapasitas SDM di BPR

Pemerintah Siapkan KUR Rp13 Triliun untuk Renovasi Rumah

Ekonomi Global Drop, Pemerintah Lakukan Mitigasi Jaga Pertumbuhan

Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Juni 2025 Melemah 0,3 Poin