EmitenNews.com - Musibah banjir yang menimbulkan longsoran, menelan korban tewas 54 orang, di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4/2021) dini hari. Puluhan korban itu ditemukan tertimbun lumpur longsoran setelah hujan terus mengguyur wilayah itu. Jumlah korban kemungkinan bertambah, tergantung hasil pencarian yang masih terus berlangsung. BMKG merilis info, ada potensi hujan lebat dan angin kencang di wilayah NTT pada 3-9 April 2021.
Dalam keterangannya yang dikutip Senin (5/4/2021), Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli menyebutkan, bencana Minggu sekitar pukul 01.00 Wita itu, didahului hujan disertai angin kencang yang berlangsung cukup lama, menimpa beberapa desa di daerah itu. Longsoran paling parah di Desa Nelelamadiken, Kecamatan Ile Boleng.
Air yang mengalir deras saat banjir bandang itu tak hanya membawa longsoran tanah, tetapi kayu bahkan bebatuan besar yang menghantam permukiman warga. Karena itu, selain menyebabkan korban meninggal, puluhan rumah juga mengalami kerusakan parah. Ada korban meninggal juga ditemukan di Desa Nobo, di area bawah Desa Nelelamadiken karena terseret banjir. Korban juga ditemukan di wilayah Waiwerang dan sekitarnya, di Kecamatan Adonara Timur. Korban meninggal bertambah satu orang sehingga menjadi empat orang di wilayah itu.
Camat Adonara Timur, Damianus Wuran menyebutkan, keterbatasan peralatan, terutama alat berat, menjadi penghambat upaya pencarian korban yang tertimbun longsoran lumpur. Warga melakukan pencarian korban dengan peralatan seadanya. Persediaan alat berat di Pulau Adonara sudah dimobilisasi untuk mendukung penanganan bencana serupa di Kecamatan Ile Boleng. "Korban di Ile Boleng lebih banyak sehingga evakuasi alat berat diprioritaskan ke sana."
Sementara itu, banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mengakibatkan akses jalan, internet, hingga telepon terputus total. Hujan lebat disertai angin kencang beberapa hari terakhir ini mengakibatkan banjir bandang dan longsor dari gunung api Ile Lewotolok. Banjir bandang tersebut menyeret tumpukan erupsi material dari gunung Ile Lewotolok yang mengakibatkan sejumlah ruas jalan tertutup material kerikil dan batu besar, selain menerjang permukiman warga.
"Ada beberapa desa terdampak di dua Kecamatan yakni Ile Ape dan Ile Ape Timur di bawah gunung Ile Lewotolok masih terputus. Akses jalan, internet dan telepon, terganggu" kata Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langodai.
Terputusnya akses tersebut menyulitkan petugas dari Kabupaten Lembata untuk melakukan pendataan dan evakuasi. Semua jalan tertutup material batu besar dan kerikil. Ada 14 desa dari dua kecamatan, Ile Ape dan Ile Ape Timur yang terdampak cuaca ekstrem di Lembata. Untuk pencarian korban hilang, masih terkendala cuaca ekstrem. Petugas dan warga memutuskan menghentikan sementara pencarian.
Thomas Langodai menjelaskan, telah dibangun dua dapur umum dari BPBD Lembata untuk memberi bantuan kepada warga. Dapur umum tersebut berada di kantor camat Ile Ape dan di BPBD Lembata di Lewoleba. Kepala BPBD Lembata, Sipri Meru menjelaskan telah membangun empat posko pengungsian bagi warga terdampak cuaca ekstrem dari dua kecamatan yakni Ile Ape dan Ile Ape Timur.
Sipri Meru merinci empat posko pengusian tersebut berada Kantor Camat Ile Ape yang menampung 191 warga, Posko Kelurahan Lewoleba Timur 85 orang, kelurahan Lewoleba Tengah 78 orang dan Posko Kelurahan Selandoro 18 orang. "Total pengungsi ada 372 orang, tetapi masih akan terus bertambah."
Related News
Kupas Tuntas Strategi Indonesia Hadapi Tantangan Ekonomi 2025
Indonesia, Tantangan Pemberantasan Korupsi Butuh Komitmen Pemerintah
Dari CEO Forum Inggris, Presiden Raih Komitmen Investasi USD8,5 Miliar
Menteri LH Ungkap Indonesia Mulai Perdagangan Karbon Awal 2025
Polda Dalami Kasus Kabag Ops Tembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan
Ini Peran PTPP Dalam Percepatan Penyelesaian Jalan Tol Jelang Nataru