EmitenNews.com—PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk (PORT), emiten yang berfokus pada bisnis operator terminal peti kemas serta pengadaan dan pemeliharaan alat-alat pelabuhan, masih menanggung rugi periode berjalan per 30 September 2022 seniali Rp35,43 miliar, jumlah sebesar itu bisa dibilang turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp73,03 miliar.


Optimisme terus berkembang seiring laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyebut bahwa Indonesia masuk dalam kelompok 10 negara dengan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia.


Indonesia dengan PDB mencapai US$ 4,02 triliun berada di posisi ketujuh, menyalip Brasil, Inggris, dan Prancis.


Adapun pada kuartal III ini, PORT berhasil mempertahankan pembalikan situasi dari rugi komprehensif menjadi laba komprehensif yang sudah dimulai sejak Kuartal I-2022.


PORT mencatatkan laba komprehensif Rp14,63 miliar pada kuartal III 2022, atau berbalik dari menderita rugi komprehensif sebesar Rp42,06 miliar pada periode yang sama tahun 2021.


“Kami akan fokus melakukan peremajaan armada truk dan crane di tahun ini, sehingga bisa berpartisipasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan peremajaan armada truk dan crane, PORT akan bisa menyediakan layanan pelabuhan yang lebih baik, lebih efektif dan efisien,” kata Direktur Utama PORT, Paul Krisnadi, dalam keterangan pers, Selasa (08/11).


Ditambahkan, Perseroan berhasil membukukan laba usaha dari sebelumnya yang berada di posisi rugi berkat upaya efisiensi yang berhasil menekan biaya-biaya, serta adanya laba penjualan asset tetap.


Pada periode ini, PORT menurunkan beban langsung sebanyak 8% YoY, dari Rp 867,69 miliar menjadi Rp 800,82 miliar.


Adapun beban operasional berhasil ditekan 9% YoY, dari Rp 72,72 miliar menjadi Rp 65,64 miliar.


Pada periode ini, Perseroan membukukan pendapatan Rp 945,55 miliar, turun 5% YoY dari Rp 994,09 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.


Menurut Paul, turunnya pendapatan Perseroan tersebut merupakan dampak dari melemahnya kegiatan ekonomi nasional yang baru saja menggeliat kembali paska pandemi.


“Pelemahan kegiatan ekonomi terjadi seiring terhambatnya laju belanja masyarakat akibat kenaikan laju inflasi,” tandasnya.