Obligasi FR: Jangan Beli Kalau Belum Baca Ini

ilustrasi surat utang. Dok/EmitenNews
EmitenNews.com -Investasi itu ibarat naik gunung. Seru, menantang, tapi kalau kita nggak siap dan nggak tahu jalurnya, bisa-bisa malah tersesat di tengah jalan. Nah, salah satu “jalur pendakian” investasi yang cukup aman dan populer, khususnya buat investor pemula yang ingin bermain di instrumen pendapatan tetap, adalah obligasi pemerintah jenis Fixed Rate (FR). Tapi sebelum kita mulai mendaki, yuk kenali dulu apa aja yang perlu diperhatikan sebelum membeli obligasi ini.
Obligasi FR sendiri adalah surat utang negara yang memberikan bunga tetap kepada pemegangnya sampai waktu jatuh tempo. Karena dikeluarkan oleh pemerintah, instrumen ini tergolong sangat aman dibandingkan obligasi korporasi. Tapi walau aman, bukan berarti kita bisa langsung asal beli ya. Ada beberapa hal penting yang wajib kamu pahami dulu sebelum mengambil keputusan.
Kupon: Imbal Hasil yang Menggoda, Tapi Ada Pajaknya
Kupon adalah imbal hasil atau bunga yang dibayarkan oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi secara berkala (dalam hal ini adalah pemerintah). Biasanya nilai kupon ini dinyatakan
dalam bentuk presentase dari nilai nominal obligasi itu sendiri. Pembayaran kupon biasannya dilakukan secara berkala, antara lain setiap tiga bulan, setiap 6 bulan, atau setahun sekali. Perlu
diingat bahwa kupon yang kita terima masih akan dipotong pajak sebesar 10% ya!
Tanggal Jatuh Tempo: Waktunya Pemerintah Kembalikan Uangmu
Obligasi bukan investasi tanpa batas waktu. Ada tanggal jatuh temponya, yaitu waktu di mana pemerintah sebagai penerbit obligasi akan mengembalikan nilai pokok obligasi kepada
pemegangnya. Di tanggal ini, kamu juga akan menerima pembayaran kupon terakhir. Penting untuk dicatat bahwa kamu bisa saja menjual obligasi sebelum jatuh tempo, tapi tentu saja akan ada risiko dan peluang terkait harga jual yang berubah. Jadi, memahami jatuh tempo ini penting banget, terutama kalau kamu punya target keuangan tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Harga Jual: Bisa Naik Turun, Jangan Kaget!
Harga obligasi bisa berubah seiring waktu. Meskipun saat penerbitan harga obligasi biasanya 100% dari nilai nominal, di pasar sekunder harganya bisa naik atau turun tergantung berbagai
faktor: suku bunga, inflasi, kondisi ekonomi, hingga supply dan demand obligasi itu sendiri. Misalnya, obligasi yang tadinya dijual seharga 100% kini harganya menjadi 105.30%. Artinya,
untuk membeli obligasi ini kamu harus mengeluarkan dana lebih banyak dari nilai pokoknya. Jika kamu tahan sampai jatuh tempo, maka kamu akan mengalami kerugian dari sisi harga pokok sebesar 5.30% karena pemerintah hanya mengembalikan nilai nominal, yaitu 100%.
Sebaliknya, kalau kamu membeli obligasi di harga 95%, dan menyimpannya hingga jatuh tempo, kamu akan mendapat keuntungan 5% dari selisih harga beli dan pengembalian nilai nominal Tapi ingat, selama kamu pegang obligasi itu, kamu juga tetap menerima kupon secara berkala. Jadi, keuntungan atau kerugian dari harga beli perlu dihitung bersama kupon yang kamu terima.
Bisa Dijual Sebelum Jatuh Tempo: Fleksibel, Tapi Perlu Strategi
Banyak yang mengira bahwa kalau sudah beli obligasi, harus disimpan sampai jatuh tempo. Padahal, kamu bisa menjualnya di pasar sekunder kapan pun kamu mau. Tapi ya itu tadi, harga di
pasar bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari harga beli kamu. Misalnya, kamu beli di harga 105.30% lalu menjualnya saat harga turun ke 103%, maka kamu akan mengalami kerugian 2.30%. Tapi jika kamu beli di harga 95% lalu menjualnya di harga 103%, maka kamu bisa untung 8%. Keputusan menjual di tengah jalan ini harus bijak dan disesuaikan dengan kondisi pasar maupun kebutuhan keuanganmu.
Rating Obligasi: Lihat Dulu Kesehatan Keuangan Penerbitnya
Rating atau peringkat obligasi adalah penilaian dari lembaga pemeringkat tentang seberapa besar kemungkinan pemerintah atau penerbit obligasi bisa membayar kewajibannya (kupon dan pokok). Untuk obligasi pemerintah Indonesia, rating-nya tergolong tinggi karena dianggap sangat kecil kemungkinan pemerintah gagal bayar (default). Namun secara umum, semakin tinggi rating obligasi, biasanya kupon yang ditawarkan akan lebih rendah karena risikonya juga rendah. Sebaliknya, obligasi dengan rating rendah (misalnya dari perusahaan yang kurang sehat secara finansial) biasanya menawarkan kupon tinggi untuk menarik investor, namun risikonya juga lebih tinggi.
YTM (Yield to Maturity): Ukuran Seberapa Cuan Jika Tahan Sampai Akhir
YTM atau Yield to Maturity adalah indikator penting yang menunjukkan berapa total imbal hasil yang bisa kamu dapatkan jika memegang obligasi sampai jatuh tempo. Ini mencakup kupon, harga beli, dan pengembalian pokok.
YTM memberikan gambaran lebih akurat dibanding hanya melihat kupon, karena ia memperhitungkan keuntungan/kerugian dari selisih harga beli dan nilai nominal saat jatuh tempo. Misalnya kamu beli obligasi dengan harga di bawah 100%, kuponnya 6%, dan jatuh tempo masih 5 tahun lagi. Jika kamu pegang terus hingga jatuh tempo, YTM akan mencerminkan gabungan dari kupon tahunan dan capital gain dari selisih harga beli dan nilai nominal.
Perhitungan YTM bisa cukup kompleks, jadi untuk pembahasan teknis dan contoh detailnya bisa kamu temukan di artikel terpisah yang membahas soal kalkulasi YTM secara lengkap.
Kesimpulan: Siap-Siap Dulu Sebelum Melangkah
Investasi di obligasi pemerintah jenis Fixed Rate memang bisa jadi pilihan yang menarik, terutama buat kamu yang ingin instrumen investasi yang stabil dan lebih aman. Tapi, seperti halnya investasi lainnya, penting banget untuk paham dulu seluk-beluknya. Kupon, harga jual, jatuh tempo, rating, dan YTM bukan cuma istilah teknis, tapi komponen penting yang bisa sangat memengaruhi hasil investasimu.
Jadi, sebelum buru-buru beli obligasi karena “katanya aman dan pasti untung,” ada baiknya kamu pelajari dulu dasar-dasarnya. Anggap saja ini seperti mengenali medan sebelum mendaki gunung. Dengan bekal yang cukup, kamu bisa menikmati perjalanan investasi yang lebih nyaman, aman, dan tentu saja—menguntungkan.
Investasi itu bukan tentang ikut tren atau FOMO semata. Tapi tentang bagaimana kita membuat keputusan finansial berdasarkan pemahaman yang matang. Jadi, semoga setelah baca artikel ini, kamu jadi lebih paham dan siap untuk mempertimbangkan obligasi FR sebagai bagian dari portofolio investasimu.
Siap mulai? Yuk, terus belajar dan eksplorasi!
Related News

Bagaimana AI Mengubah Investor Saham Lakukan Due Diligence dan Analisa

Di Antara Pilihan Investasi Saham atau Emas

Strategi Anti Panik : Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Lepas Saham

Dunia Lega, Indonesia Waspada: Dibalik Damainya Perang Dagang AS-China

Alokasi Dana Pembelian Saham Untuk Pemula

Rahasia Cuan di Saham? Sentimen Pasar adalah Kuncinya