EmitenNews.com - Besar juga anggaran PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk konsumsi bahan bakar solar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sepanjang 2022 konsumsi  solar mencapai 2,9 miliar liter atau setara 5,6 persen dari seluruh kebutuhan bahan bakar. PLN harus menggelontorkan biaya Rp39,3 triliun untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar solar 5.200 PLTD selama tahun lalu.  

 

Dalam gelaran COP28 Dubai, Uni Emirat Arab, seperti dikutip Minggu (3/12/2023), Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, pihaknya mengelola lebih dari 5.200 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di beberapa wilayah di Indonesia. 

 

Energi fosil tersebut sebagian besar dipasok melalui energi impor dengan harga sangat mahal. Indonesia adalah negara dengan 17 ribu pulau, PLN mengelola 5.200 PLTD yang bahan bakarnya solar. Sayangnya, sebagian besar dipenuhi dari energi impor, yang harganya sangat mahal, 1 kilowatt hour (kWh) kira-kira 28 sampai 32 sen.

 

“Bagaimana kita bisa beralih dari energi impor ke energi dalam negeri? Kita bisa beralih dari energi fosil ke energi terbarukan (EBT),” lanjutnya. 

 

Pada tiga tahun lalu, PLN berhasil menghapus 13 gigawatt (GW) energi batu bara dalam perencanaan, sehingga menghindarkan Indonesia dari emisi karbon sebesar 1,8 miliar ton dalam jangka 25 tahun. Kemudian PLN bersama pemerintah telah merancang ulang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). 

 

Darmawan Prasodjo mengungkapkan, RUKN terbaru itu tak hanya berkontribusi dalam mengejar NZE tahun 2060 atau lebih cepat. Namun, memiliki peran ganda yang juga mampu mewujudkan kemandirian energi nasional sehingga tak bergantung pada energi impor. 

 

Melalui strategi dedieselisasi, kapasitas pembangkit diesel milik PLN sebesar 1,6 GW mampu dikurangi konsumsi solarnya sebesar 1,2 miliar liter per tahun, sehingga perusahaan dapat menghemat Rp8,4 triliun per tahun.  

 

Tak hanya itu, untuk memuluskan peta jalan transisi energi di Tanah Air, PLN telah menyiapkan ARED yang dibekali dengan smart grid dan green enabling transmission line yang mampu menyalurkan potensi EBT di lokasi terpencil ke episentrum kebutuhan di perkotaan. ***