EmitenNews.com - Kendati memasuki tahun politik –setahun lagi, 2024– KPU akan menyelenggarakan pemilu serentak, diperkirakan akan berdampak positif bagi pasar modal. Masuk akal kalau menurut Valdy Kurniawan, Head Of Research Phintraco Sekuritas, IHSG bisa jadi tembus 8.000. Dr. Hans Kwee, profesioal pasar saham juga yakin, prospek pasar saham di Indonesia tetap prospektif. Pasalnya, berbagai indikator makro, menunjukkan hal-hal positif kendati banyak yang meramalkan ini adalah tahun resesi. 


Demikian optimisme yang mengemuka dalam acara Market Outlook 2023 dan Launching Buku: A Quick Guide For Investor kerja sama EmitenNews.com dan penerbit Bentang, di Jakarta, Sabtu (28/1/2023). 


Selain itu, urai Valdy Kurniawan, justru di tahun-tahun politik ini terbukti tingkat konsumsi akan naik. Bahkan, pria lajang ini mengutip riset, indeks konsumsi kita juga relatif bagus yakni di angka 119. “Ini artinya angka yang bagus, apalagi negara kita itu kan dikenal konsumtif.”


Valdy menambahkan, dua tahun ini adalah periode akhir Presiden Jokowi. Meski kita masih harus bersabar menunggu siapa yang kelak menggantikan Jokowi sebagai Presiden RI 2024-2029, proyek infrastuktur IKN Nusantara kemungkinan akan digenjot terutama infrastruktur dasar. Tatapi, ia memperkirakan berdasar data historical, sektor ini baru akan menggeliat pada kwartal III, atau IV.


Faktor lainnya, Valdy Kurniawan menyodorkan data dua kali krisis ekonomi, pemerintah Indonesia berhasil mengatasi dengan baik. Itu yang kemudian sampai sekarang membuat pihak asing masih menaruh kepercayaan kuat dengan busa saham di Indonesia. “Kalau asing saja masih percaya kenapa kita mesti khawatir?”


Berdasarkan data transaksi Bank Indonesia (BI) periode 24 Januari 2023 hingga 26 Januari 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp4,42 triliun. Seiring masuknya modal asing ke pasar keuangan domestik, risiko investasi di Indonesia terpantau menurun.


Ini terlihat dari premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun turun ke level 83,46 basis poin (bps) per 26 Januari 2023, dari 85,83 bps per 20 Januari 2023. Dengan perkembangan tersebut, berdasarkan data setelmen hingga 26 Januari 2023 atau secara year to date (ytd), nonresiden tercatat beli neto Rp48,08 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp6,83 triliun di pasar saham.


Hans Kwee juga optimistis, pasar saham akan terus bergairah kendati tahun ini situasi politik mulai hangat dan sempat beredar kekhawatiran soal resesi. “Resesi itu kan yang dikhawatirkan kalau berkepanjangan. Tapi, kan situasinya sekarang berbeda dengan dulu. Perekonomian Indonesia saat ini pada situasi baik-baik saja.


Bahkan berdasarkan risetnya, sebelum pemilu, rata-rata akan ada kenaikan 10-15% atau sekitar  Rp117 triliun-Rp127 triliun yang akan masuk. Sedangkan setelah pemilu konsumsi masyarakat juga akan naik. Secara makro ekonomi politik, tingkat inflasi di Indonesia juga lebih rendah di banding inflasi kawasan yang mencapai 7%. Sementara pemerintah berhasil mempertahankan inflasi di bawah 6% bahkan ada kemungkinan akan mencapai 5% an.


Secara umum isu sentral yang akan dihadapi pada tahun ini yaitu bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang masih beberapa kali akan menaikkan suku bunga meski relatif terkendali. Ia memperkirakan akan naik 1 sampai 2 kali lagi, tetapi setelah itu akan turun. Untuk komoditas diprediksi hanya bagus sampai musim dingin, lalu terkoreksi saat musim dingin berakhir. Sedangkan sektor teknologi berpeluang rebound pada paruh kedua 2023.


Satu tahun menjelang pemilihan umum (pemilu), biasanya IHSG mengalami kenaikan 14-15 persen seiring meningkatnya belanja. Hans Kwee mengatakan, belanja mungkin akan ada Rp120 triliun sampai Rp270 triliun yang meningkat karena pemilu, sehingga sektor consumer goods itu menarik. “Biasa setahun sebelum pemilu indeks bisa naik 14-15 persen, kalau tahun pemilu 10 persenan ada." ***