Pasar Fintech Syariah Global Diproyeksikan Capai USD306M di 2027
Pada GIFT (Global Islamic Fintech) Indeks 2023, Indonesia tetap menempati peringkat ke-3 global Jumlah transaksi fintech syariah di Indonesia diproyeksikan tumbuh dari $4.239,4 juta (2022/23) menjadi $11.770,6 juta (2027) dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 14,1%.(Sumber: instagram perbankansyariah.id)
EmitenNews.com - Menurut Laporan Pengembangan Keuangan Islam 2023 terkini, nilai Sukuk Hijau dan Environmental, Social, Governance (ESG) yang beredar mencapai 24,4 miliar dolar AS pada tahun 2022. Hal itu terungkap dalam Joint High Level Seminar and Investor Forum, kolaborasi Bank Indonesia dengan Islamic International Liquidity Management (IILM) dan Islamic Financial Services Board (IFSB) di Jakarta, Kamis (31/10)
Malaysia dan Arab Saudi adalah pemimpin Sukuk ESG, diikuti oleh Indonesia dan UEA. Selain itu, integrasi teknologi juga mendorong tumbuhnya financial technology (fintech) yang berperan dalam meningkatkan aksesibilitas pada pasar keuangan syariah.
Data Global Islamic Fintech Report 2023/2024 menunjukkan perkembangan fintech syariah tumbuh signifikan. Ukuran pasar fintech syariah global diperkirakan mencapai 138 miliar dolar AS pada periode 2022/23 dan diproyeksikan meningkat menjadi 306 miliar dolar AS pada tahun 2027 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 17,3%.
Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan sektor fintech global secara keseluruhan, yang diperkirakan akan tumbuh pada CAGR sebesar 12,3% selama periode yang sama. Tren investasi syariah ke depan diperkirakan akan mengarah pada pengembangan platform digital yang menawarkan layanan mulai dari perbankan digital hingga crowdfunding, membuat keuangan syariah lebih ramah pengguna, kompetitif, dan mudah diakses.
Strategi pendalaman keuangan di pasar uang syariah yang kuat akan menopang kemampuan industri untuk menahan guncangan likuiditas yang tidak terduga di masa depan, serta akan berkontribusi pada transmisi moneter yang dilakukan melalui sistem keuangan syariah.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyebut ada 5 faktor utama dalam membangun kemajuan pasar keuangan syariah. Pertama, mengembangkan inovasi produk keuangan syariah yang tidak hanya berbasis pada 3 instrumen utama yaitu sukuk, takaful, dan wakaf. Indonesia sebagai salah satu penerbit sukuk terbesar juga sudah menginiasi penerbitan Green Sukuk, yang akan mengoptimalkan manfaatnya bagi perekonomian dan keuangan hijau.
Kedua, akselerasi pengembangan pasar keuangan syariah melalui digitalisasi ekonomi dan keuangan syariah. Ketiga, integrasi jasa sistem keuangan wholesale dan ritel sehingga memperkuat interkoneksi seluruh lembaga keuangan syariah termasuk asuransi maupun lembaga sosial finance.
Keempat, dukungan kerangka kebijakan yang turut mengedepankan manajemen risiko dalam memitigasi risiko siber, operasional, dan anti pencucian uang. Kelima, edukasi dan literasi sistem keuangan syariah.
Untuk mendukung pengembangan sektor keuangan syariah dan menumbuhkan inovasi secara berkelanjutan maka pemahaman masyarakat dan kapabilitas SDM perlu diperkuat. Inovasi perkembangan instrumen keuangan syariah global turut mengadopsi kebutuhan akan pembiayaan investasi berkelanjutan.(*)
Related News
CIMB Niaga Syariah Hadirkan Bazaar Lifestyle dalam Haya Festival 2024
Airlangga - Apindo Bicarakan Peluang Ciptakan Lapangan Kerja
Indonesia Ingin Naikkan Kepemilikan Saham di Freeport Jadi 61 Persen
Substitusi, Strategi Pemerintah Wujudkan Kemandirian Energi
IHSG Rawan Tergelincir, Serbu Saham PGAS, PTBA, dan MBMA
Laporan Keuangan Emiten Oke, IHSG Lanjut Menyala