EmitenNews.com - Nilai tukar rupiah pada pembukaan awal pekan Senin ini melanjutkan penguatan. Data Bloomberg menunjukkan rupiah menguat 0,41 persen (66 poin) menjadi Rp16.185 per dolar AS.


Pada penutupan akhir pekan kemarin rupiah menguat signifikan 0,67 persen atau 110 poin menjadi Rp16.251 per dolar AS. Indeks dolar terlihat menurun, sudah berada di kisaran 106,67 pagi ini, lebih rendah dibandingkan Jumat pagi di kisaran 107.


Menurut analis pasar uang, Ariston Tjendra, Senin (17/2/2025) pelaku pasar masih mencermati kebijakan kenaikan tarif impor Presiden Trump. Indikasinya, ada kemungkinan penundaan implementasi kebijakan tersebut.


"Pemerintahan AS terlihat tidak mau terlalu gegabah menerapkan kebijakan tarif baru dan membuka ruang negosiasi. Hal tersebut melegakan pelaku pasar untuk sementara ini sehingga mereka masuk lagi ke aset berisiko," jelasnya.


Karena sikap pasar yang itu, indeks saham juga Asia terlihat menguat pagi ini. Selain itu, pembicaraan perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi Trump juga memberikan sentiment positif ke pasar.


"Data ekonomi Amerika Serikat berupa data penjualan ritel bulanan untuk bulan Januari menunjukkan penurunan 0,9 persen. Penyusutan ini memberikan sentiment negatif ke dolar AS," ujar Ariston.


Menurutnya, masih ada ada potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS ke arah kisaran support Rp16190 hari ini. Sedangkan peluang resisten di kisaran Rp16.300 per dolar AS.


"Dari dalam negri, data neraca perdagangan RI bulan Januari akan dirilis pagi ini oleh Badan Pusat Statistik. Neraca Perdagangan kemungkinan masih menunjukan surplus di atas dua miliar dolar AS dan akan memberikan sentimen positif ke rupiah," kata Ariston.(*)