EmitenNews.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat kembali melemah. Pengamat menduga pelemahan rupiah dipicu sentimen hawkish Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait kemungkinan kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi.


Rupiah pada Jumat pagi dibuka menurun 46 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp15.476 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.430 per dolar AS.


"Peluang pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini. Sentimen The Fed masih memberikan tekanan untuk rupiah," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.


Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu (8/3/2023) menegaskan kembali kesaksiannya di depan Kongres dari Selasa (7/3/2023) tentang kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat, tetapi menekankan bahwa perdebatan masih berlangsung, dengan keputusan bergantung pada data yang akan dikeluarkan sebelum pertemuan Maret.


"Sinyal dari Powell dan pengumuman The Fed yang dekat juga mungkin menjadi alasan bagi pelaku pasar untuk mengambil sikap wait and see (menunggu dan mencermati) dan mengantisipasi yang terburuk yaitu The Fed kembali memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan yang agresif," ujar Ariston.


Ariston memproyeksikan peluang pelemahan rupiah ke arah Rp15.480 per dolar AS, dengan potensi tertahan di sekitar 15.400 per dolar AS.(*)