Pengamat Ini Kritisi Mekanisme Pengawasan Pasar Modal

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. dok. Info Publik.
EmitenNews.com - Menyoroti anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 5 persen dalam sehari, pengamat ekonomi Yanuar Rizky mengkritisi mekanisme pengawasan pasar modal. Ia menilai volatilitas yang tinggi serta maraknya transaksi short selling menjadi alarm bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam keterangannya yang dikutip Rabu (19/3/2025), Yanuar Rizky mengemukakan volatilitas IHSG dalam satu tahun terakhir mencapai 34 persen, transaksi T+ short 27 persen, seharusnya menjadi peringatan, dan peningkatan kewaspadaan.
“Dengan data seperti itu, seharusnya ada sistem alert investigate untuk mendeteksi pergerakan saham dengan aktivitas intra-day trading (short selling) yang mencurigakan,” katanya kepada EmitenNews.
Yanuar Rizky menyinggung dua saham, DCII dan BREN, yang terus mengalami tekanan short selling dalam jumlah besar. Ia mengungkapkan, mekanisme pengawasan yang ada seharusnya mampu mendeteksi indikasi manipulasi pasar (Pasal 91 dan 92) serta perdagangan orang dalam (Pasal 95-97).
Berkaca pada kejadian masa lalu, saat krisis 1998, Indonesia dan Korea Selatan menjadi yang paling terdampak karena big short. Sekarang, IHSG kembali dalam tekanan besar, sedangkan pasar saham Asia lainnya menguat.
“Ini jelas ujian besar buat OJK," tegas Yanuar Rizky.
Dalam MoU OJK-Kapolri, penyidikan pasar modal dilakukan oleh penyidik dari Bareskrim. Dengan kondisi pasar saat ini, OJK harus membuktikan efektivitasnya dalam menegakkan good market governance.
Sebagai respons atas penurunan IHSG yang tajam, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11:19:31 WIB. Langkah ini diambil berdasarkan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020, yang mengatur penghentian perdagangan jika IHSG turun lebih dari 5 persen.
"Perdagangan akan dilanjutkan pada pukul 11:49:31 WIB tanpa perubahan jadwal," tulis BEI dalam keterangannya.
Satu hal, anjloknya IHSG kali ini memperkuat kekhawatiran terkait stabilitas pasar modal. Terutama di tengah tekanan likuiditas yang bergantung pada pasar Surat Utang Negara (SUN) dan kebijakan moneter global yang semakin ketat.
Bagi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan ini dipengaruhi faktor global dan domestik.
"Kita lihat secara global kan besok ada FOMC meeting. Nah, tentu market masih menunggu," kata Menko Airlangga Hartarto kepada pers, saat tiba di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/3/2025), untuk mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto.
Federal Open Market Committee (FOMC) meeting atau pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal, diadakan secara rutin oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menentukan kebijakan moneter AS.
Fundamental Indonesia masih kuat meski terjadi gejolak di pasar saham
Airlangga Hartarto juga menyoroti Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dinilai akan menjadi perhatian pasar. Ditambah lagi, adanya laporan keuangan emiten serta pelemahan tajam pada kelompok saham tertentu turut memengaruhi pergerakan IHSG.
Selain itu, Airlangga juga menyinggung regulasi mekanisme trading halt 5 persen yang sebelumnya diterapkan saat pandemi Covid-19. Menurut politikus Partai Golkar ini, aturan ini perlu dievaluasi kembali agar tetap relevan dengan kondisi pasar saat ini.
Satu hal, terkait kondisi ekonomi secara keseluruhan, Airlangga Hartarto menegaskan fundamental Indonesia masih kuat meski terjadi gejolak di pasar saham.
Advertorial
Related News

Langkah Maju Bagi ICDX, Izin Prinsip dari OJK Sudah Keluar

Kumpulkan Repacker MinyaKita, Mendag Imbau Pelaku Usaha Patuhi Aturan

OJK Izinkan Emiten Buyback Saham Tanpa Gelar RUPS, Ini Tujuannya

IHSG Terpuruk 8,59% YTD, Trading Halt 30 Menit Usai Anjlok 5% Sehari

Menhub: Tak Ada Larangan, yang Ada Pembatasan Operasional Truk

Berikut Kegiatan Operasional BI Selama Libur Idulfitri 2025