EmitenNews.com - Perempuan lone wolf penyerang Mabes Polri, Jakarta Selatan,  Rabu (31/3/2021) sore pukul 16.30 WIB itu, diidentifikasi bernama Zakiah Aini (25). Saat berkuliah di Universitas Gunadarma Depok, ia tergolong cerdas. Sayangnya, ia drop out, tanpa alasan jelas. Tetiba, sore itu, berpakaian serbahitam warga Ciracas, Jakarta Timur itu, muncul di Mabes Polri, menembaki polisi. Perempuan pendiam itu akhirnya tewas oleh peluru polisi yang menembus jantungnya.

 

Kepada wartawan, Kamis (1/4/2021), Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma, Irwan Bastian, mengungkapkan, Zakiah Aini, tercatat sebagai mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi tahun 2013. Tetapi, semester lima dan seterusnya, ia tidak aktif berkuliah. Sesuai aturan yang berlaku di Gunadarma, kata dia, yang bersangkutan tidak lagi menjadi mahasiswa. 

 

Tidak diketahui persis alasan mengapa Zakiah tidak melanjutkan studinya. Padahal, ditilik dari riwayat akademisnya, indeks prestasi kumulatif (IPK) cukup baik selama hampir dua tahun masa studinya. Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Budi Prijanto, menyebutkan, dari sisi akademis  prestasi eks mahasiswanya itu, cukup baik selama tiga semester. “Kalau tidak salah (IPK Zakiah Aini) sekitar 3,2 atau 3,1.”

 

Boleh jadi karena sifat Zakiah yang pendiam, membuatnya sulit berkomunikasi dengan pihak lain, termasuk di lingkungan kampus, dan tempat tinggalnya. Kepada pers, Ketua RT 003/010, Kasdi bersaksi, gadis tetangganya itu lebih senang berada di kamarnya ketimbang berbaur dengan keluarga ataupun warga sekitar. "Saya sendiri enggak pernah melihat. Kata kakaknya, Zakiah keluar di teras itu paling beberapa menit saja. Setelah itu langsung balik tuh masuk ke kamar."

Anak Kasdi yang kerap bermain keluarga tetangganya itu, tetapi jarang bertemu Zakiah, yang lebih banyak berdiam di kamar. "Dia betahnya di kamar. Anak saya sering main ke rumahnya, jarang ketemu. Anak saya mainnya sama keponakannya (Zakiah)."

 

Dari informasi yang diperoleh Kasdi dari pihak keluarga, Zakiah juga sering berganti nomor telepon seluler. Hal tersebut menjadi masalah saat keluarga mencoba menghubungi Zakiah yang tak kunjung pulang ke rumah di hari penembakan, Rabu sore itu. "Pas kejadian kemarin, keluarganya sempat cari Zakiah. Tapi nomor HP pelaku ini gonta ganti dan tiap kali ngelacak, nomor pelaku enggak pernah ketemu."

 

Zakiah, urai Kasdi, meninggalkan rumah sekitar pukul 08.30 WIB. Dia pamit ke orang tuanya keluar sebentar. Tetapi nyatanya sampai seharian. Karena tak kunjung pulang dan tanpa kabar, keluarga melapor ke kantor polisi sebelum akhirnya mendapat informasi terkait penembakan di Mabes Polri. "Keluarga sempat lapor kepolisian karena anaknya tak kunjung pulang. Orang Polda Metro Jaya juga datang ke sini nanyain ke rumah saya. Saya kaget juga dari Polda, ada apa nih."

 

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kepada wartawan mengatakan, dalam penggeledahan di rumah pelaku, di wilayah Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, polisi menemukan surat wasiat yang ditinggalkan Zakiah untuk keluarganya. Selain itu, pelaku juga berpamitan di grup WhatsApp keluarga. "Kita temukan saat penggeledahan di rumahnya surat wasiat dan ada kata-kata di WA group keluarga bahwa yang bersangkutan pamit."

 

Dari pola penyerangannya di Mabes Polri itu, polisi menyimpulkan, Zakiah adalah teroris tunggal atau lone wolf. Listyo menjelaskan, dari jejak digital yang ditinggalkan, diketahui Zakiah mendukung ISIS. Hasil penelusuran polisi diketahui Zakiah membuat akun Instagram 21 jam sebelum melakukan penyerangan. Pada akun tersebut terdapat postingan bendera ISIS dan keterangan tulisan terkait jihad ISIS. "Berideologi radikal ISIS, yang dibuktikan postingan yang bersangkutan di media sosial." ***