EmitenNews.com -Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menaksir valuasi pasar obligasi Indonesia berpotensi melanjutkan masa pemulihan hingga akhir tahun 2023.

 

Kepala Departemen Riset dan Informasi Pasar PHEI, Roby Rushandie menjelaskan, perkiraan itu didorong oleh terjaganya kondisi makro domestik, dan adanya ekspektasi puncak siklus kenaikan suku bunga global dan dalam negeri.

 

“Sebagian analis memperkirakan bank sentral US dan Eropa akan menurunkan suku bunga acuannya pada kuartal IV tahun 2024.” Kata dia kepada media, Kamis (27/7/2023).

 

Namun dia mengingatkan, volatilitas diperkirakan masih membayangi pasar yang didorong oleh potensi persistennya inflasi negara-negara maju, arah kebijakan The Fed, dan aksi tunggu geopolitik dan Pemilu 2024.

 

Ia bilang, pergerakan positif pasar obligasi pada semester I-2023 ditopang oleh tren penurunan level inflasi di global terutama di AS, sehingga turut mendorong ekspektasi jika The Fed maupun Bank Sentral utama lainnya di global mulai akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuannya.

 

“Ekspektasi pelonggaran moneter di global juga dipicu oleh melambatnya ekonomi yang saat ini terjadi di global. Terjaganya fundamental ekonomi dalam negeri turut menjadi penopang penguatan pasar, seperti terkendalinya nilai tukar Rupiah,” papar dia.

 

Lebih lanjut Roby menyampaikan, bahwa Indonesia Composite Bond Index (ICBI) naik sebesar 6,48 persen sepanjang tahun ini ke level 367,1162.

 

Kenaikan ICBI didorong oleh indeks return obligasi pemerintah (INDOBeXG-TR) yang naik 6,61 persen sepanjang tahun ini, dan indeks imbal hasil obligasi korporasi (INDOBeXC-TR) yang naik 4,64 persen sepanjang tahun ini.

 

Roby menambahkan, bahwa Kurva yield PHEI-IGSYC juga menunjukkan pola bullish dengan penurunan rata-rata yield terbesar dialami kelompok tenor menengah (5-7tahun) yakni -59,95 bps sepanjang tahun ini.