EmitenNews.com - Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi, menyebut ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan melebihi USD130 miliar. Hal ini akan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama ekonomi digital di Asia Tenggara.

"Pertumbuhan ini membutuhkan langkah-langkah keamanan siber yang kuat untuk melindungi aset digital dan memastikan kesuksesan ekonomi jangka panjang,” ungkapnya pada pembukaan Indonesia-Australia Cybersecurity Symposium dan Workshop, pekan ini.

Dalam rangka mewujudkan ekonomi digital yang aman dan terlindungi, Pemerintah Indonesia menginisiasi kemitraan multistakeholders yang bertujuan mengembangkan ketahanan siber secara komprehensif, khususnya melalui pengembangan tenaga kerja dan talenta keamanan siber untuk melindungi infrastruktur kritis Indonesia.

“Memperkuat ketahanan siber adalah fondasi penting untuk mengembangkan ekonomi digital Indonesia. Kami memulai dengan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya mitigasi risiko dan investasi dalam keterampilan guna memperkuat kesiapan dan respons Indonesia,” jelas Edi.

Keamanan siber bersifat kompleks sehingga pembangunan kemampuan sumber daya manusia dalam hal tersebut menjadi sangat penting. Indonesia harus berinvestasi dalam program pelatihan yang membekali tenaga kerja Indonesia dengan keterampilan untuk menangani ancaman siber yang muncul. Kerja sama antara lembaga Pemerintah, dan sektor swasta diperlukan untuk membangun pasokan tenaga profesional yang terampil guna mewujudkan keamanan siber di Indonesia.

Untuk menegaskan komitmen bersama dalam menjaga keamanan kawasan serta mendorong kerja sama lintas batas dan penerapan praktik terbaik, Kemenko Perekonomian bekerja sama dengan Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT), PT Kinema Systrans Multimedia (Infinite Learning-Nongsa Digital Park), dan PT Innoveight Technofarm Indonesia (Innov8) menyelenggarakan Indonesia-Australia Cybersecurity Symposium dan Workshop pada 16-17 Juni 2025.

Acara yang didukung oleh Pemerintah Australia melalui Southeast Asia and Pacific Cyber Program ini juga menandai langkah penting dalam membentuk strategi ketahanan siber Indonesia, mendorong kolaborasi multistakeholders, dan merupakan implementasi konkret dari komitmen antara Indonesia-Australia yang sudah disepakati melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pada Februari 2025 lalu.

CEO Innov8 Technofarm Ritchie Glen mengungkapkan bahwa pihaknya sangat antusias mendukung upaya Indonesia dalam membina keseimbangan tersebut melalui kolaborasi regional menuju masa depan digital yang lebih aman. Sebab, ketahanan siber berkembang seperti sebuah ekosistem, ketika talenta, infrastruktur, dan tata kelola berkembang secara bersamaan.

“Karena itu, jika kita dapat mempercepat persiapan fasilitas pelatihan khusus, itu akan menjadi nilai tambah. Oleh karena itu, pusat pelatihan kami siap menyelenggarakan program dan sertifikasi kelas dunia. Dari sisi bisnis, Innov8 telah mengalokasikan hampir USD1 juta untuk memulai pusat pelatihan keamanan siber kelas dunia di Jakarta,” pungkas Ritchie.(*)