EmitenNews.com - Realisasi lifting minyak dan gas bumi (migas) pada 2021  mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Secara grafik, produksi minyak bumi Indonesia yang hanya mencapai kisaran 660.000 barel per hari (BPh), terus merosot di sepanjang tahun lalu. Penyebabnya banyak sumur migas kita sudah tergolong tua.


Dalam sesi teleconference, Rabu (12/1/2022), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menjelaskan turunnya lifting migas Indonesia itu. Ia mencatat, dengan produksi hanya mencapai 660.000 barel per hari (BPh) sepanjang 2021, berarti turun dibandingkan tahun 2020 mencapai 707.000 barel per hari.


Selain itu Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebutkan, produksi gas bumi pada 2021 juga hanya mencapai 982 MBOEPD, atau terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yang sebesar 983 MBOEPD.


Menteri Arifin mengungkapkan, penurunan lifting migas ini disebabkan karena Indonesia tidak punya sumber-sumber baru lagi. Saat ini, hanya menyisakan sumur-sumur lama untuk digali. "Kalau dilihat tren menurun, ya memang menurun. Karena kita tidak punya sumber-sumber baru, yang ada adalah sumber lama."


Situasi ini turut mempengaruhi ongkos produksi tambang migas justru menanjak. Sebab, ada pelayanan lebih yang harus diberikan kepada sumur-sumur tua tersebut.


"Contohnya, kalau pompa minyak yang keluar itu kan minyak campur air. Nah sekarang airnya jauh lebih besar dibanding porsi minyak. Ini perlu biaya untuk memisahkan," kata Arifin Tasrif.


Meski demikian, dalam tahun 2022, Kementerian ESDM tetap menargetkan angka lifting minyak bisa mencapai 703 ribu barel per hari, dan gas bumi 1.036 MBOEPD. Melanggengkan misi tersebut, Kementerian ESDM akan terus melakukan eksplorasi potensi cadangan migas dengan masif, serta menyiapkan lelang wilayah. ***