Prospek BSI di Tengah Pemulihan Ekonomi, Mampukah Bersaing dengan Bank Konvensional?
EmitenNews.com - Pemulihan ekonomi dan ketahanan regulasi yang berkelanjutan menopang prospek yang lebih cerah untuk sektor perbankan syariah Indonesia, kata Fitch Ratings, dalam keterangan resminya yang dirilis pada Senin (14/2/2022).
Pendorong pertumbuhan jangka menengah mencakup kebijakan dan peraturan pemerintah yang mendukung, ketersediaan produk manajemen likuiditas syariah yang lebih besar, peningkatan digitalisasi, dan pertumbuhan organik oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI (AA(idn)/Stabil yang baru dibentuk). Namun, basis permodalan yang lebih kecil dari sebagian besar bank syariah, penawaran produk yang terbatas, jaringan cabang dan perbankan digital yang masih berkembang, dan sumber daya manusia yang terampil masih menjadi kendala.
Pertumbuhan pembiayaan bruto bank syariah terus melampaui rekan-rekan konvensional mereka sebesar 7,5% di 9M21 (bank konvensional: 1,8%). Pangsa pasar bank syariah akan meningkat dari rencana konversi tiga pemberi pinjaman regional Indonesia ke bank syariah pada tahun 2022. Kami memperkirakan konversi ini akan memperluas pangsa pembiayaan syariah menjadi sekitar 9% industri perbankan, dari 7,1% di akhir tahun. 9M21.
Profil keuangan bank syariah kini lebih sejalan dengan rekan-rekan konvensional. Fokus mereka pada pembiayaan konsumen (9M21: 50% dari total pembiayaan; konvensional: 26%), yang bernasib lebih baik selama pandemi, membantu mereka mempertahankan rasio pembiayaan bermasalah pada 3,1% pada akhir-9M21 (non-performing bank konvensional melakukan rasio pinjaman: 3,2%). Kapitalisasi, sebagaimana tercermin dalam rasio kecukupan modal rata-rata mereka sebesar 25%, sejalan dengan rekan-rekan konvensional pada akhir-9M21 dan rata-rata pengembalian aset mereka sebesar 1,6% juga mencerminkan bank konvensional.
Fitch juga mengatakan dalam keterangan tersebut bahwa rencana untuk mengubah tiga pemberi pinjaman regional Indonesia menjadi bank syariah pada tahun 2022 akan meningkatkan pangsa pasar bank syariah dalam waktu dekat.
Kami memperkirakan konversi tersebut dapat meningkatkan proporsi pembiayaan syariah menjadi sekitar 9% dari industri perbankan dari 7,1% - setara dengan USD28,1 miliar - pada akhir-9M21. Kami berharap pertumbuhan organik di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (AA(idn)/Stabil) yang baru dibentuk, bank syariah terbesar dan terbesar ketujuh secara keseluruhan di Indonesia, juga akan mendukung pengembangan sektor ini.
Tantangan utama bagi pengembangan sektor ini mencakup kesadaran, pemahaman, dan permintaan yang terbatas akan produk-produk Islami, meskipun Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Basis modal bank syariah yang lebih kecil, penawaran produk yang terbatas, jaringan cabang dan perbankan digital yang masih berkembang, serta keterbatasan tenaga terampil menjadi kendala lainnya.
Keistimewaan Rasio Cadangan: Persyaratan rasio cadangan rupiah (RRR) yang lebih rendah untuk bank syariah dibandingkan dengan rekan-rekan konvensional pada tahun 2022 adalah bukti berlanjutnya dukungan ke sektor ini dari otoritas lokal. RRR akan dinaikkan secara bertahap dari 3,5% menjadi 5,0% pada bulan September untuk bank syariah, lebih rendah dari 6,5% untuk bank konvensional. Kami percaya perbedaan 150bp akan menghasilkan lebih sedikit tekanan pada profitabilitas jangka pendek bank syariah.
Pengembalian aset bank syariah sebesar 1,6% sejalan dengan rekan-rekan konvensional pada akhir-9M21. Persyaratan rasio cadangan rupiah (RRR) yang lebih rendah untuk bank syariah dibandingkan dengan rekan-rekan konvensional pada tahun 2022 adalah bukti berlanjutnya dukungan ke sektor ini dari otoritas lokal. RRR akan dinaikkan secara bertahap dari 3,5% menjadi 5,0% pada bulan September untuk bank syariah, lebih rendah dari 6,5% untuk bank konvensional.
Advertorial
Related News
Pefindo Tegaskan Peringkat idCCC untuk Obligasi I/2018 Terbitan ZINC
Emtek Tambah Kepemilikan, Itukah Penyebab Volatilitas Saham Bukalapak?
Bank IBK (AGRS) Alihkan 20,15 Juta Saham Treasuri, Intip Lengkapnya
MDKA Sedot Biaya Eksplorasi Rp144,8 Miliar, Telisik Hasilnya
Perkuat Modal, Lippo Group (LPCK) Godok Right Issue 3 Miliar Lembar
Refinancing, Cikarang (POWR) Jajakan Surat Utang USD500 Juta