EmitenNews.com -PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) mengklaim proyek Greenland International Industrial Center (GIIC) yang berdiri di Kota Deltamas, Cikarang Jawa Barat, telah menarik minat para perusahaan kakap untuk berinvestasi disana.

Direktur merangkap Corporate Secretary Puradelta Lestari (DMAS) Tondy Suwanto menyebut Perseroan sudah mengantongi komitmen dari 14 pemain pusat data (data center) berskala besar, untuk menempati zona high-tech di lahan seluas 300 hektare (Ha) milik perseroan di proyek kawasan pusat industri internasional tersebut.

"Semua pemain di industri data center itu sudah resmi bergabung di kawasan pusat industri internasional ini dengan kategori hyperscale tier 4," ujar Tondy dalam pemaparan emiten corner secara virtual, Rabu (17/1/2024).

Dia menegaskan, sejak GIIC berdiri investasi asing yang sudah masuk termasuk investasi lokal, diperkirakan lebih kurang Rp300 triliun. Bisa dibayangkan Rp300 triliun yang sudah ditanamkan di Deltamas sudah menciptakan pertumbuhan bagi Indonesia.

Investor kakap yang sudah menjadi tenant di GIIC berjumlah sekitar 170 pelaku industri yang mayoritas berasal dari Jepang di antaranya Suzuki yang menghuni lahan seluas 130 Ha, Astra Honda Motor di lahan 85 Ha, dan Mitsubishi Motors di lahan seluas 51 Ha.

Ada pula pelaku industri yang berasal dari negara lain seperti PT Kawasan Industri Terpadu Indonesia China (KITIC), perusahaan hasil kerja sama antara Indonesia dan China yang menempati lahan seluas 200 Ha di GIIC. Begitu juga SAC GM Wuling, Kalbe, Frisian Flag, dan Kohler sudah menjadi tenant di GIIC.

Bahkan, calon investor baru dari industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yakni BYD dan VinFast juga dikabarkan bakal berinvestasi di Indonesia. Hanya saja, Tondy enggan menjelaskan lebih jauh terkait status dua investor global tersebut.

“Kita bisa cerita, mereka akan investasi besar. Biasanya, mereka akan negosiasi dengan pemerintah terkait insentif yang mereka dapat. Pengalaman kami dengan Hyundai juga begitu. Jadi, saat Hyundai mau tanda tangan pengikatan jual beli, mereka tunggu insentif yang dijanjikan pemerintah,” ungkap Tondy.

Namun, satu hal yang bisa dipastikan, untuk ekosistem pendukung industri otomotif itu akan berada di koridor Jakarta-Cikampek hingga Purwakarta. Karena itu, perseroan terus menambah infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan para tenant.

Tondy menilai, model bisnis kawasan industri itu sederhana, tinggal siapkan lahan dan fasilitas seperti gas, fiber optik, listrik, dan lain-lain.

“Jadi, lahan yang kami sediakan adalah lahan siap untuk dibangun. Biasanya, kalau kawasan industri itu skemanya kami jual karena investor asing ingin memiliki bukan sewa. Kalaupun ada sewa, kami ada beberapa recurring income berupa rental pabrik. Tapi itu luas tanahnya kecil sekitar 1.700 meter persegi dengan banguan 1.000-2.000 meter persegi,” ujarnya.

Saat ini, Tondy mengungkapkan, dari total 3.200 land bank yang dimiliki DMAS, sekitar 70% sudah berhasil dikembangkan dengan keterisian di kisaran 70-80%, dan kini menyisakan sekitar 800 Ha land bank.

“Selling price kami saat ini sekitar Rp 2,8 – Rp 3 juta meter persegi untuk industri. Kalau untuk residensial berkisar antara Rp 4,5 – Rp 5,5 juta. Kemudian untuk area komersial itu Rp 6-8 juta meter persegi. Jadi, dibedakan segmennya untuk harga tanah,” tandas Tondy.