EmitenNews.com - PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) pada keuangan periode sembilan bulan pertama tahun 2025 membukukan rugi bersih sebesar Rp365,82 miliar per 30 September 2025. Angka ini melonjak 70,8% dibandingkan rugi bersih Rp214,27 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan Jumat (31/10) disebutkan Kenaikan rugi tersebut terjadi meski pendapatan neto tumbuh pesat 77,3%, dari Rp1,16 triliun menjadi Rp2,06 triliun. Pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh ekspansi bisnis farmasi dan distribusi produk baru yang mulai memberikan kontribusi pada 2025.

Namun, peningkatan pendapatan ini diiringi lonjakan beban pokok pendapatan sebesar 89,6%, dari Rp866,07 miliar menjadi Rp1,64 triliun, sehingga laba bruto hanya naik 41,3% menjadi Rp417,86 miliar dari Rp295,76 miliar.

Di sisi lain, beban umum dan administrasi meningkat tajam 100,2% menjadi Rp319,39 miliar (dari Rp159,49 miliar), dan beban penjualan dan pemasaran naik 12,9% menjadi Rp186,73 miliar.

Kondisi tersebut membuat perseroan mencatat rugi usaha Rp150,70 miliar, naik 33,6% dari rugi usaha Rp112,81 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, beban keuangan juga membengkak 68,3% menjadi Rp239,01 miliar seiring peningkatan liabilitas jangka panjang dan pembiayaan ekspansi.

Sementara itu, pos laba komprehensif lain menunjukkan perbaikan, mencatatkan keuntungan selisih kurs sebesar Rp59,15 miliar, berbanding rugi kurs Rp13,89 miliar pada 2024. Dengan demikian, total rugi komprehensif periode berjalan turun 34,6% menjadi Rp306,67 miliar, dari Rp468,16 miliar jika memperhitungkan faktor kurs.

Dari sisi neraca, total aset PYFA per 30 September 2025 tercatat Rp6,92 triliun, tumbuh 19,1% dibandingkan Rp5,81 triliun pada akhir Desember 2024.

Kenaikan ini didorong oleh lonjakan aset tidak lancar sebesar 23,9% menjadi Rp5,29 triliun, terutama dari peningkatan aset hak-guna (right-of-use assets) yang melonjak hampir 3 kali lipat menjadi Rp1,21 triliun dari Rp403,64 miliar, serta aset takberwujud yang naik 6,8% menjadi Rp2,76 triliun.

Sementara aset lancar naik moderat 5,7% menjadi Rp1,62 triliun, ditopang pertumbuhan piutang usaha dan uang muka pembelian bahan baku.

Di sisi liabilitas, total kewajiban meningkat signifikan 29,7% menjadi Rp6,19 triliun, dari Rp4,77 triliun pada akhir 2024. Peningkatan terbesar terjadi pada liabilitas jangka panjang, yang naik 30,2% menjadi Rp4,65 triliun, didorong oleh kenaikan utang bank dan liabilitas sewa untuk mendukung ekspansi kapasitas produksi.

Sementara itu, ekuitas anjlok 29,5% menjadi Rp732,89 miliar dari Rp1,04 triliun, seiring akumulasi rugi bersih tahun berjalan.

Dari sisi arus kas, aktivitas operasi PYFA mencatat arus kas negatif Rp335,75 miliar, berbalik dari arus kas positif Rp14,06 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, arus kas dari aktivitas pendanaan masih positif Rp277,11 miliar, berkat tambahan pinjaman bank dan penerbitan obligasi.

Posisi kas dan setara kas pada akhir September 2025 tercatat Rp158,22 miliar, turun tajam 68,7% dari Rp505,42 miliar pada akhir September 2024.

Saham PYFA pada perdagangan Jumat (31/10) turun 0,95 persen ke level Rp520. Dalam sebulan terakhir ambles 17,4 persen dari Rp630 pada 2 Oktober 2025