EmitenNews - Indeks-indeks Wall Street kembali ditutup variatif pada perdagangan Jumat (19/3). DJIA melemah 234.33 points atau 0.71% di akhir pekan lalu (19/3), tertekan oleh pelemahan harga saham perusahaan-perusahaan keuangan.


Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, menduga aksi sell-off yang mendorong pelemahan harga tersebut salah satunya dipicu pernyataan the Fed yang tidak memperpanjang bantuan penyangga modal sementara guna mengurangi dampak pandemi COVID-19 di pasar pendanaan. Di sisi lain, US 10-year Treasury Yield berada pada kisaran level 1.73%, level tertingginya dalam 14 bulan terakhir.


"Sentimen-sentimen tersebut, terutama pergerakan US Bond Yields, berpotensi memicu pelemahan nilai tukar rupiah di awal pekan ini. Oleh sebab itu, waspadai potensi profit taking, terutama di awal pekan," kata Valdy.


Sepanjang pekan ini pelaku pasar akan mencermati mulai dari perkembangan vaksinasi, laporan keuangan Q4-2020, hingga sejumlah data ekonomi penting. Antara lain US Markit Manufacturing PMI Flash Maret 2021, data sektor ketenagakerjaan AS dan Germany GfK Consumer Confidence untuk April 2021 25 Maret mendatang.


Dengan berbagai perkembangan itu, Phintraco memperkirakan IHSG akan bergerak fluktuatif di rentang support 6250 dan resistance 6380, dengan kecenderungan melemah pada pekan ini.


Valdy pun menyarankan investor mencermati peluang buy on support pada saham-saham perbankan jika terkoreksi di awal pekan ini. Saham-saham consumer goods (HMSP, KLBF, ICBP, INDF dan UNVR), ASII, TLKM dan WIKA dapat diperhatikan pada pekan ini.(*)