EmitenNews.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Kami (11/5) pagi ini menguat di tengah data inflasi Amerika Serikat (AS) yang terpantau menurun.
Rupiah pada awal perdagangan Kamis ditransaksikan di level Rp14.718 per dolar AS, naik 24 poin atau 0,163 persen dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.742 per dolar AS.
"Penguatan rupiah ini lebih karena inflasi AS yang menurun, sehingga pasar melihat peluang kenaikan suku bunga lebih kecil," kata analis ICDX Revandra Aritama di Jakarta, Kamis.
Revandra menuturkan inflasi AS April 2023 berada di level 4,9 persen menekan sentimen kenaikan suku bunga. Setelah sebelumnya sentimen kenaikan nilai suku bunga bank sentral AS atau The Fed memiliki peluang yang lebih besar menyusul prediksi inflasi AS masih tetap berada di level 5 persen.
Selain itu, sebelumnya ada juga perkiraan bahwa inflasi AS April 2023 berpeluang naik menyusul laporan pasar tenaga kerja AS yang berada di level yang sangat baik.
Dengan tingginya penyerapan tenaga kerja, kemampuan masyarakat untuk berbelanja akan meningkat hal ini mendorong konsumsi dan yang pada gilirannya mendorong inflasi. Namun kenyataannya, laporan inflasi AS April mengalami penurunan, Walaupun penurunannya tipis, tetapi itu juga menekan sentimen pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed.
Revandra memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.800 per dolar AS.(*)
Related News

Naik, Harga Emas Antam Kembali ke Kisaran Rp1,9 Juta per Gram

APBN 2026, Pemerintah Targetkan PNBP Rp455T, Terbesar Migas-Tambang

BUMN Rugi, Direksi dan Komisaris Tak Pantas Terima Tantiem

Kelahiran Bank Syariah Nasional

Pemerintah Keruk Rp9 Triliun dari Lelang Tujuh Seri Sukuk, Selasa

BCA Klarifikasi Isu Rekayasa Akuisisi Saham oleh Djarum Grup