EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (12/4) dibuka turun setelah indeks saham utama di Wall Street semalam jatuh lebih dari 1% di tengah aksi jual di pasar obligasi. Karena investor fokus pada ancaman ekonomi yang datang dari tingkat inflasi yang tinggi, pengetatan kebijakan moneter serta penerapan kembali kebijakan Lockdown di sejumlah kota besar di Tiongkok.


"Penurunan indeks saham juga karena investor mengantisipasi dimulainya musim laporan keuangan (earnings season) 1Q22 di AS dengan ekspektasi pertumbuhan laba emiten dalam indeks S&P 500 hanya akan mencapai 4.5% Y/Y, terendah sejak 4Q20," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.


Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik menjadi 2.79%, tertinggi sejak Januari 2019 ketika yield berada di 2.80%. Kenaikan yield ini terjadi menjelang rilis data inflasi (CPI dan PPI) bulan Maret AS yang dapat memicu bank sentral AS (Federal Reserve) memperketat kebijakan moneter dengan cukup agresif sehingga memperlambat laju pertumbuhan ekonomi AS.


Data Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) yang akan dirilis malam ini diramal akan memperlihatkan pertumbuhan sebesar 8.4% Y/Y, tertinggi sejak 1982 dan lebih cepat dari kenaikan 7.9% Y/Y di bulan Februari yang merupakan laju tercepat dalam 40 tahun. Data Indeks Harga Produsen atau Producer Price Index (PPI) akan dirilis pada hari Rabu.


"Investor juga akan mengantisipasi pengumuman hasil pertemuan kebijakan bank sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis dengan mencari tahu arahan mengenai kebijakan moneter terutama pada saat laju inflasi zona Euro berada di rekor tertinggi 7.5% tanpa adanya indikasi akan melambat dalam waktu dekat," tambah Dustin.

Secara umum, pejabat ECB akan merasa enggan mengetatkan kebijakan moneter di tengah ketidakpastian dari dampak perang di Ukrania pada ekonomi zona Euro. Namun para anggota Dewan Gubernur ECB yang bersikap lebih tegas (hawkish) akan terus mendorong untuk menaikan suku bunga acuan tahun ini.


Di pasar komoditas, harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah turun ke level terendah sejak bulan Februari sehingga memperpanjang trend penurunan yang sudah berlangsung selama 2 minggu beruntun.


Harga minyak mentah jenis Brent turun ke bawah USD100 per barel di picu oleh kekhawatiran bahwa kebijakan Lockdown di Tiongkok akan menekan permintaan minyak pada saat pasar sedang fokus mengurusi gangguan pasokan minyak dari Rusia.


Berikut saham-saham rekomendasi Phillip Sekuritas hari ini.


PWON
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 510
Target Price 1 : 540
Target Price 2 : 570
Stop Loss : 480


KPIG
Short Term Trend : Sideways
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 104
Target Price 1 : 113
Target Price 2 : 115
Stop Loss : 96


KBLV
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 268
Target Price 1 : 288
Target Price 2 : 306
Stop Loss : 250.(fj)