EmitenNews.com -Sejak sekolah dasar Saya telah mengenal saham dari sebuah koran dan buku. Dari kecil memang saya tidak pernah diajari tentang Investasi saham oleh kedua orang tua. Namun kebiasaan membaca, mengarahkan Saya pada topik saham yang menarik secara pribadi. Terlebih lagi Saya adalah orang yang suka menabung sejak kecil. Perjalanan investasi yang sesungguhnya Saya lakukan pada tahun 2018, tepatnya ketika duduk dibangku SMA kelas 2. Pada waktu, itu, saham yang Saya beli adalah saham PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) yang sekarang menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau bisa disebut dengan Bank BSI. Minat terhadap saham Saya bawa ke bangku kuliah dan akhirnya tertuangkan dalam skripsi.

Sebentar, mungkin bagi para pembaca ada yang belum tahu tentang saham. Jika belum, Saya akan menerangkannya dalam tulisan ini. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), Saham adalah surat yang menyatakan bahwa seseorang menyertakan modal pada suatu perusahaan. Saham dalam kehidupan sehari-hari bisa di gambarkan sebagai sertifikat tanah yang menyatakan kepemilikan suatu tanah. Sebaliknya jika tidak mempunyai sertifikat tanah, maka seseorang tersebut tidak mempunyai tanah.

Contoh lainnya, seseorang bisa dikatakan mempunyai motor atau mobil jika punya BPKB (Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor). Begitu pula dengan saham, seseorang dikatakan memiliki perusahaan jika mempunyai saham.

Keuntungan mempunyai saham ada 2. Pertama dividen, yaitu keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jika perusahaan mempunyai laba bersih misal 1 miliar dan pemegang saham sebanyak 10 orang. Maka 1 miliar ini dibagikan kepada 10 Pemegang saham tersebut. Kedua Capital Gain, yaitu keuntungan yang didapatkan dari selisih harga jual lebih tinggi dari harga beli.

Contohnya Saya, membeli saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) di harga Rp 1000 per lembar saham kemudian saya jual di Harga Rp 2000 per lembar saham. Begitu juga kita dengan mempunyai tanah, maka Kita bisa  bertani, sedangkan kendaraan untuk memudahkan mobilitas antar daerah sehingga dapat mempersingkat waktu dan menghemat tenaga.

Sedangkan untuk saham syariah adalah surat penyertaan modal seseorang kepada perusahaan yang didasarkan pada syariah Islam. Sehingga pada prinsipnya saham syariah akan menghindari kegiatan Maysir (Judi), Gharar (Tidak Jelas), Riba (Bunga), haram, dan bathil.  Dengan Investasi saham syariah, maka seorang investor mendapatkan keberkahan di dunia dan akhirat. Keuntungan dunia berupa Deviden dan Capital Gain serta amalan ibadah di akhirat.

Pembelian saham di Indonesia dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau kerennya Indonesia Stock Exchange (IDX). Bursa Efek ini, sudah ada sejak tahun 1912. Waktu itu Saya belum lahir dan Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Saat ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menjadi Bursa Efek yang mempunyai kapitalisasi pasar terbesar se-Asia Tenggara bahkan melebihi pasar saham di Singapura. Terlebih lagi juga  saham syariah yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini sesuai yang dilansir oleh emitennews.com yang menyatakan bahwa kapitalisasi pasar saham syariah telah meningkatkan 12,17 persen dengan nilai Rp6.894,12 triliun per Agustus 2024. 

Dari uraian sebelumnya telah memberikan gambaran kepada kita mengenai peluang investasi di saham syariah. Saya menguraikan cara-cara mengatur portofolio saham syariah agar autopilot. Langkah yang harus dilakukan, diantaranya yaitu:

1. Pertama siapkan KTP dan setoran rekening tabungan. Jika punya NPWP, Anda bisa melampirkannya.

2. Cari informasi dan pergi ke bank syariah. Pertama, carilah informasi mengenai produk tabungan bank syariah di internet. Kemudian temukan produk tabungan yang tidak mengenakkan biaya administrasi. Biasanya produk berupa akad Wadiah (Titipan dengan imbalan yang tidak dijanjikan). Namun ada bank lainnya yang menawarkan akad Mudharabah (Bagi hasil dengan imbalan yang dijanjikan). Setoran awalnya berkudar Rp 1.000 – Rp 100.000. Setelah menemukan bank syariah yang cocok. Anda dapat mengunjungi bank syariah yang dipilih. Jika tidak ada bank Syariah di sekitar tempat tinggal Anda. Anda dapat membuka secara online melalui bank digital syariah. Bank digital syariah biasanya tidak mengenakkan biaya administrasi bulanan.

3. Setelah tabungan jadi, silahkan cari informasi di internet kembali untuk mencari sekuritas dengan setoran terendah, biaya fee termurah, biaya layanan lainnya yang gratis  dan layanan yang memadai. Setelah, dirasa ada sekuritas yang cocok, segera lakukan pendaftaran untuk membuka rekening saham. Bagi yang belum tahu, Sekuritas merupakan perusahaan yang menjadi perantara antara penjual dan pembeli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Syarat dalam pembukaan rekening saham hanya terdiri dari buku tabungan bank syariah atau rekening koran jika membukanya melalui bank syariah digital dan juga KTP. Sertakan NPWP, jika ada. Sementara itu, setoran awalnya ketika membuka rekening saham yang ramah dikantong biasanya sekitar Rp 1- Rp 100.000. Ketika membuka rekening saham, seorang investor akan di beri nomor Single Investor Identification (SID) atau sederhananya NIK untuk seorang investor, rekening saham, dan Rekening Dana Nasabah (RDN). Pastikan Rekening Dana Nasabah (RDN) sama dengan tabungan yang dibuka untuk memperkecil biaya penarikan ketika melakukan pendaftaran. Rekening Dana Nasabah (RDN) adalah rekening kas yang digunakan untuk menampung dana investor ketika melakukan aktivitas jual beli saham. Tenang saja pembukaan rekening saham di sekuritas bisa dilakukan di rumah secara online.

4. Lakukan riset pada saham yang hendak dibeli. Karena judul tulisan ini adalah “Setting Autopilot Portofolio Saham Syariah”, maka analisis yang dilakukan cenderung pada investasi jangka panjang. Analisis yang sesuai untuk investasi jangka panjang ialah analisis fundamental. Analisis Fundamental merupakan analisis yang mendalam mengenai perusahaan. Namun, agar lebih terukur dan objektif untuk melakukan analisis fundamental, investor disarankan untuk melakukan analisis laporan keuangan. Hal pertama yang perlu dilihat adalah dividen per share (DPS) atau sederhananya deviden dari suatu saham. Maksud Autopilot, disini ialah keuntungan yang dihasilkan dari susunan portofolio saham syariah yang mempunyai tingkat keuntungan berupa dividen yang dapat melebihi beban administrasi atau tidak ada beban administrasi. Sehingga keuntungan dapat dinikmati secara langsung dan utuh. Maka, seorang investor tidak perlu repot-repot melakukan sesuatu untuk menutupi biaya administrasi investasi. Misalnya melakukan perdagangan saham, analisis kondisi pasar, dan lainnya yang bisa dibilang rumit dan merepotkan. Perhatikan dividen Per Share (DPS) suatu saham, apakah rutin membagi dividen atau tidak. Bila rutin, maka saham tersebut bisa dibeli. Selain rutin, juga bisa dilihat dari besaran Dividennya. Semakin besar deviden suatu saham, maka saham tersebut dikatakan semakin baik. Tidak hanya dengan menggunakan DPS. Investor dapat menggunakan rasio PBV, EPS, DER, ROE, ROA, PER, dan lainnya yang dapat ditemukan di internet untuk memperkuat analisis guna memukakan saham yang sesuai dengan karakteristik risiko masing-masing investor. Rasio-rasio ini, dihitung berdasarkan data keuangan perusahaan atau emiten. Emiten adalah nama lainnya untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

5. Lakukan pembelian saham, bila terdapat saham yang sesuai dengan profil risiko Anda. Pembelian Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), minimal dilakukan dengan satuan 100 lembar atau 1 lot. Maksudnya 1 lot isinya 100 lembar saham. Dalam pelaksanaan pembelian dan penjualan saham di Indonesia dilakukan dengan mencari 4 kode huruf. Contohnya jika, Anda membeli saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk atau Bank BTPN Syariah dengan kode saham BTPS yang berada di harga Rp 1.000 per lembar saham. Maka tinggal kalikan 100, sehingga total pembelian saham dengan kode BTPS adalah Rp 100.000.

6. Lakukan evaluasi portofolio secara berkala dengan menggunakan laporan keuangan. Evaluasi ini dapat dilakukan setiap kuartal, semester atau tahunan untuk memastikan keberlanjutan untuk mendapatkan deviden dan kondisi fundamental emiten yang optimal.

Maka dengan melakukan 6 langkah tersebut, Anda tidak perlu memikirkan biaya administrasi bulanan dan administrasi lainnya kecuali fee yang rendah. Anda hanya duduk manis menunggu dividen yang akan dibagikan setiap periode tertentu sehingga inilah yang disebut autopilot dengan saham syariah. Tentunya, Anda mendapatkan hasil investasi baik dari sisi duniawi dan akhirnya.

Contoh saham yang Saya sampaikan, tidak bertujuan untuk memberikan saran atau menganjurkan untuk membeli saham tertentu. Contoh tersebut hanya bertujuannya untuk mempermudah dalam memahami materi yang disampaikan. Setiap keputusan investasi tetap berada di pilihan Anda dan harus disesuaikan pula dengan profil risiko Anda agar investasi saham syariah dapat menjadi portofolio saham syariah yang autopilot secara optimal.

Disclaimer: artikel ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.