EmitenNews.com - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) mengumumkan Kinerja Keuangan Konsolidasian tahun 2021. Pendapatan tercatat Rp34,96 triliun. Beban pokok pendapatan tercatat Rp24,01 triliun, naik 2,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp23,35 triliun. Laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat Rp2,02 triliun.
Dalam keterangannya yang dikutip Rabu (2/3/2022), Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, pada 2021, SIG mencatatkan total pendapatan Rp34,96 triliun. Beban pokok pendapatan meningkat 2,8 persen YoY menjadi Rp24,01 triliun. Selain karena peningkatan volume penjualan, peningkatan beban pokok pendapatan juga disebabkan oleh kenaikan biaya bahan bakar, sejalan dengan kenaikan harga batu bara yang signifikan sepanjang tahun 2021.
Di tengah tantangan persaingan industri bahan bangunan yang semakin ketat serta kenaikan harga batu bara yang signifikan, SIG mampu melalui tahun 2021 dengan pencapaian kinerja penjualan yang baik. Total volume penjualan SIG pada 2021 meningkat 1,6 persen menjadi 40,47 juta ton dari tahun 2020 sebesar 39,85 juta ton, terutama dikontribusikan oleh peningkatan penjualan regional yang tumbuh seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di berbagai negara tujuan ekspor.
Pada tahun 2021, SIG telah melakukan beberapa program kerja. Salah satunya, Sustainability Initiatives yaitu untuk mendukung upaya penurunan emisi karbon. Program kerja tersebut di antaranya penurunan clinker factor, peningkatan pemakaian alternative fuel dan efisiensi energy (listrik dan thermal). SIG juga melakukan pengendalian emisi yang dihasilkan pada proses produksi melalui pemanfaatan teknologi sistem electrostatic precipirator, conditioning tower, dan bag filter di pabrik untuk mengelola emisi debu.
Menurut Vita Mahreyni, SIG juga memanfaatkan panas gas buang dari proses pembakaran sebagai pembangkit listrik dengan teknologi Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) di Pabrik Tuban dan Indarung. SIG juga memanfaatkan sampah kota yang sebelumnya telah diolah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) sebagai energi alternatif pengganti batu bara di Pabrik Narogong dan Cilacap. Pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar alternatif ini, kata dia, solusi untuk pengelolaan lingkungan masyarakat yang lebih baik.” (Eko Hilman). ***
Related News
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha
Transaksi Aset Kripto di Indonesia Hingga Oktober Tembus Rp475 Triliun