EmitenNews.com - Sudah nasib Anwar Ibrahim menjadi Perdana Menteri Malaysia. Jika tak ada aral melintang, Kamis (24/11/2022) sore ini, pria 75 tahun itu, akan dilantik sebagai PM ke-10 Negeri Jiran tersebut, oleh Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah. Pemimpin oposisi yang sempat dijuluki sebagai 'prime minister-in-waiting' sejak dipecat dari jabatan Wakil Perdana Menteri Malaysia oleh PM Mahathir Mohamad tahun 1998.


Media setempat mengungkapkan, Anwar Ibrahim terpilih sebagai PM ke-10 Malaysia pada Kamis ini. Dalam sebuah pernyataan resmi, Sekretaris Istana Negara Ahmad Fadil Shamsuddin mengatakan Raja Malaysia menyetujui penunjukan Anwar Ibrahim sesuai Pasal 40( 2)(a) dan Pasal 43(2)(a) Konstitusi Federal.


“Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah berkenan melantik anggota parlimen Tambun Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri ke-sepuluh,” ujar Ahmad Fadil.


Keputusan yang sangat penting itu, diambil setelah Raja Malaysia meminta pandangan raja-raja Melayu dalam perbincangan khusus, Kamis siang. Berdasarkan perbincangan itulah, Anwar Ibrahim akan dilantik pada Kamis sore, pukul 17.00.


Seperti kita ketahui dalam Pemilu Malaysia, Sabtu (19/11/2022), yang memperebutkan total 222 kursi parlemen, koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar Ibrahim meraih kursi terbanyak, atau 82 kursi. Koalisi ini mengalahkan saingan terberatnya, koalisi Perikatan Nasional, pimpinan Muhyiddin Yassin, yang hanya meraup 73 kursi.


Tapi jumlah kursi sebanyak 82 itu, tidak mencapai ambang batas 112 kursi, yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan baru dan menunjuk PM Malaysia selanjutnya. Alhasil, muncul kebuntuan politik kembali di Malaysia. Situasi politik ini memicu Raja Malaysia untuk turun tangan mencari penyelesaiannya.


Raja Malaysia memanggil para pihak untuk mengambil keputusan terbaik bagi keberlangsungan pemerintahan di sana. Raja memanggil Anwar Ibrahim, dan Muhyiddin Yassin, dua pemimpin koalisi pemenang pemilu lalu, ke Istana Negara. Raja juga menggelar sidang khusus dengan sembilan Raja-raja Melayu. Tidak terjadi kesepakatan antara dua pemimpin partai untuk menjalin kerja sama dalam membentuk pemerintahan.


Usai mendengarkan beberapa pandangan sembilan raja-raja Melayu, Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah akhirnya setuju menunjuk Anwar Ibrahim menjadi PM Malaysia.


"Setelah mempertimbangkan pandangan-pandangan Yang Mulia Penguasa Melayu, Yang Mulia telah memberikan persetujuan menunjuk Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia." Demikian pernyataan Istana Negara Malaysia.


Inilah penantian panjang Anwar Ibrahim untuk menjadi pemimpin eksekutif Malaysia. Karier politiknya yang diawali pada tahun 1982 silam, menjulang saat berstatus pemimpin pemuda Muslim bergabung dengan Partai Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) -- partai politik besar yang berkuasa selama lebih dari 60 tahun di Malaysia.


Kariernya melejit, saat menjabat Menteri Keuangan dan akhirnya Wakil PM pada awal tahun 1990-an di bawah pemerintahan PM Mahathir Mohammad. Tetapi, kariernya meredup, diawali ketegangan yang memuncak saat krisis keuangan menyelimuti Asia tahun 1997-1998. Mahathir dan Anwar dilanda perselisihan sengit soal cara menangani krisis. Mahathir akhirnya memecat anak didiknya itu, dan mengusirnya dari keanggotaan UMNO, disertai munculnya dakwaan atas korupsi juga sodomi. Sejak itu hubungan keduanya memburuk, sampai seperti dua musuh bebuyutan.


Tetapi, kepentingan jualah yang mempertemukan keduanya. Dalam pemilu tahun 2018, Anwar sepakat berkoalisi dengan Mahathir setelah keduanya berbaikan. Koalisi keduanya, yang disebut Pakatan Harapan, sukses menumbangkan koalisi Barisan Nasional dan Najib Razak dari kursi PM Malaysia di tengah skandal korupsi 1MDB yang menjeratnya.


Kita tahu Mahathir Mohammad kemudian terpilih menjadi PM Malaysia untuk kedua kalinya usai koalisinya dengan Anwar memenangkan pemilu. Sempat ada kesepakatan, Mahathir menyerahkan kursi PM kepada Anwar setelah beberapa waktu. Namun kesepakatan itu tidak pernah terwujud dan koalisi keduanya hancur setelah berjalan 22 bulan.


Kini, tahun 2022, nasib baik memihak Anwar Ibrahim. Raja Malaysia akan melantiknya sebagai PM Malaysia yang ke-10, pada Kamis sore. ***