Tak Menuju Hilirisasi, Golden Energy (GEMS) Nyatakan Volume Produksi Masih Sejalan
EmitenNews.com -PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) menanggapi isu yang sedang menjadi perhatian setiap orang yaitu pemilu yang semakin dekat. Perseroan menanggapi hal ini secara netral karena market Perseroan saat ini didominasi market ekspor, sementara untuk market domestik kebutuhan PLN juga masih cukup kuat dan Perseroan selalu memenuhi ketentuan DMO bahkan melebihi minimal ketentuan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah.
Adanya rencana Pemerintah mengurangi pembangkit listrik berbahan bakar batubara,= juta turut masuk radar GEMS untuk menyesuaikan langkah bisnisnya. “Untuk saat ini Perseroan memandang batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik/sumber energy tetap dibutuhkan, karena nilainya yang cukup murah dan permintaan ekspor dari China dan India masih tinggi sehingga untuk kedepannya pertumbuhan produksi Perseroan akan tetap terjaga,” kata Bonifasius selaku Presiden Direktur GEMS dalam paparan publik yang dilakukan, Rabu (4/10/2023).
Mengenai rencana pembagian Dividen, sebelumnya Perseroan telah membagikan Dividen Interim pada tanggal 12 September 2023 berdasarkan laba Perseroan pada HY1 2023 sebesar USD 325.000.000, sehingga untuk rencana pembagian Dividen selanjutnya akan mengacu kepada performance di HY2 2023.
Performance untuk volume produksi batubara Perseroan hingga HY1 2023 adalah sebesar 20,4 juta ton, pencapaian ini sudah mencakup 50% dari budget volume produksi batubara hingga akhir tahun 2023 sebesar 40 juta ton. Untuk volume produksi Perseroan hingga Q3 2023 saat ini masih sejalan dengan target Perseroan untuk tahun 2023.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, cadangan batubara Perseroan saat ini cukup besar, yakni kurang lebih sebesar 900 juta ton, dimana BIB yang memiliki cadangan terbesar kurang lebih sebesar 600 juta ton, diikuti BSL dengan cadangan kurang lebih sebesar 200 juta ton dan KIM dengan cadangan kurang lebih sebesar 60 juta ton. Sehingga untuk saat ini Perseroan masih akan fokus dengan BIB, dan untuk konsesi lainnya kedepannya tetap akan dikerjakan tergantung dengan perkembangan infrastruktur yang memadai.
Memasuki Q4 2023 terlihat harga batubara mulai mengalami peningkatan dibanding harga Q3 2023, hal ini bisa juga dipengaruhi oleh permintaan batubara yang meningkat khususnya di negara yang memiliki 4 musim dan mulai memasuki musim dingin. Hal ini dipengaruhi oleh penambahan permintaan batubara untuk antisipasi musim dingin dan dampak perang Ukraina yang memburuk sehingga beberapa Negara di Eropa mulai menyalakan pembangkit listrik berbahan bakar batubara, sehingga hal tersebut berpotensi memicu kenaikan harga batubara di Q4 2023 dibandingkan dengan harga di Q3 2023.
Perseroan memandang kebutuhan dunia terhadap batubara masih besar, hampir 60-70% pembangkit listrik di dunia masih menggunakan bahan bakar batubara karena sampai saat ini masih menjadi opsi yang paling murah dan tersedia, sehingga Perseroan memandang masa depan untuk industri batubara masih panjang dan baik.
Perseroan belum memiliki rencana dan menuju hilirisasi batubara, karena memerlukan studi yang mendalam. Saat ini fokus Perseroan adalah memproduksi batubara yang ramah lingkungan dan Perseroan memandang hilirisasi bukan hanya satu solusi untuk memasuki green energy akan tetapi bagaimana kita menambang batubara dengan menggunakan green energy sehingga mengurangi dampak karbon. Perseroan belum memiliki rencana untuk mengakuisisi tambang dalam waktu dekat ini.
Related News
RUPSLB Mitra Tirta Buwana (SOUL) Pertahankan Dirut Ardianto Wibowo
Timah (TINS) Paparkan Kinerja Kuartal III 2024, Ini Detailnya
RMK Energy (RMKE) Tingkatkan Volume Jasa dan Penjualan Batu Bara
Golden Eagle (SMMT) Targetkan Penjualan Rp561,3M Tahun Ini
BEI Buka Gembok Saham KLIN Setelah Tiga Pekan Kena Suspensi
Entitas Lautan Luas (LTLS) Raih Fasilitasi Pembiayaan Rp40M