EmitenNews.com - Kemajuan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 terjadi seiring berkembangnya unsur teknologi dalam berbagai tahapan produksinya. Perubahan terjadi lantaran tingginya keinginan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian berkali lipat dari sebelumnya, serta mendapatkan hasil berkualitas, dengan mengedepankan efektivitas dan efisiensi dari berbagai bidang yang mendukungnya.


Pada 2022, Kementerian Pertanian RI melalui Youth Entrepreneurship Supporting Services programme (YESS) kembali menggelar Pelatihan Agribisnis Smart Farming dan Kredit Usaha Rakyat. Kegiatan tersebut  lanjutan dari pelatihan serupa pada Februari 2022. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meyakini kaum milenial yang inovatif dan memiliki gagasan kreatif mampu mengawal pembangunan pertanian yang maju, mandiri, modern. "Generasi Z juga harus bisa mengikuti perkembangan zaman, harus berani menjadi petani modern atau mendirikan start-up pertanian.”


Dalam keterangannya Sabtu (30/7/2022), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menegaskan, pertanian harus didukung kalangan milenial sebagai generasi muda.  Petani milenial, kata dia, juga berperan penting menjaga kestabilan pangan nasional. Karena itu, petani milenial wajib melek teknologi, saling berkolaborasi dengan penyuluh dan insan tani lain. Saling menguntungkan. Pelatihan smart farming bagian dari berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang pertanian, sehingga penerapan teknologi harus dilakukan dalam berusaha tani ke depan.


Menurut Dedi Nursyamsi, tantangan petani milenial di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, adalah harus mampu melakukan modernisasi pertanian menerapkan alat mesin pertanian dan internet of things (IoT). Indikator keberhasilan dari pelatihan adalah peserta harus mampu akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat atau KUR, dengan menerapkan smart farming. Setelah pelatihan harus dapat segera membentuk kemitraan usaha agribisnis modern. "Peluang tidak datang dua kali, manfaatkan dana KUR, aplikasikan teknologi smart farming. Tidak lupa bangun jejaring dengan mitra maupun offtaker."


Di sela kegiatan, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Kementan (Pusdiktan) Idha Widi Arsanti selaku Direktur Program YESS mengatakan selama sepekan [25 - 31 Juli 2022] mereka dilatih dalam pemanfaatan smart farming. Upaya tersebut untuk membangun ekosistem pemberdayaan milenial calon petani Indonesia melalui pembinaan dan pengembangan unggul dan adaptif terhadap teknologi agar SDM pertanian di Indonesia meningkat dan menciptakan petani milenial yang unggul.


Dua Young Ambassador dan 40 orang penerima manfaat Program YESS diberi pendalaman materi kewirausahaan oleh Sidi Asmono dan Role of Smart Farming oleh Netti Tinaprilla. Tak hanya itu, 42 peserta pelatihan dibekali peningkatan nilai tambah usaha agribisnis, potensi bisnis dan strategi pemasaran agribisnis, jejaring pemasaran dan kemitraan, pengelolaan risiko bisnis pertanian, penyusunan proposal usaha dan laporan keuangan serta pentingnya media promosi dan pemasaran.


Santi pun menjelaskan progres yang menjadi komitmen sesuai output Pelatihan Agribisnis Smart Farming batch 2 adalah pengajuan KUR peserta sebesar Rp1,5 juta serta penandatangan Contract Farming antara peserta dengan offtaker seperti Gusti Ayu Ngurah Megawati, komoditas pengolahan gula aren bersama P4S Cikembar Cilangkap (DPM/DPA Slamet Wuryadi), Robby Hadi Santoso, yang melakukan usaha komoditas peternakan puyuh dengan P4S Cikembar Cilangkap.


Di sektor hortikultura, menurut Santi, dilakukan pula Contract Farming antara Ahmad Badrus Nurdiansyah, Boy Mardani, Hairul Effendi, Iskandar, Prastio Kuntoro yang melakukan usaha komoditas melon dengan UD Sumber Buah, Ujang Risman, Dede Ridwan Alawi dan Imam Alawi melakukan usaha komoditas bawang daun dengan CV Jembar Tani Makmur.


"Harapannya, setelah mengikuti pelatihan peserta dapat menerapkan teknologi smart farming sesuai materi dan teknologi yang disampaikan para narasumber dalam mengembangkan usahanya masing-masing, untuk memajukan pertanian, diseminasi ilmu dan teknologi kepada generasi muda sebagai generasi millennial pertanian," tutup Santi. ***