EmitenNews.com - GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) berhasil meningkatkan kinerja profitabilitas pasca-divestasi, dan dekonsolidasi Tokopedia yang tuntas pada Februari lalu. Meski masih mencatatkan rugi bersih pada kuartal I-2024, namun nilainya membaik signifikan 78 persen dari Rp3,89 triliun menjadi Rp862 miliar.

Bila dibedah lebih dalam, GOTO yang saat ini memiliki 2 lini usaha, yakni on demand service dan financial technology, berhasil meningkatkan pendapatan bersih 23,33 persen menjadi Rp4,07 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan bersih tercatat Rp3,3 triliun, termasuk omzet pendapatan Tokopedia yang masih terkonsolidasi.

Termasuk ke dalam pendapatan tahun ini adalah service fee didapat GOTO dengan nilai sekitar 0,4 persen dari setiap core gross merchandise value (GMV) dihasilkan Tokopedia Shop. Nilai service fee ini Rp110 miliar, yang mana tidak ada dalam pendapatan GOTO setahun sebelumnya.

Bukan hanya pendapatan meningkat, GOTO juga berhasil memangkas seluruh beban yang dihasilkan. Itu juga berkat dekonsolidasi Tokopedia dimana GOTO mengendalikan 24,99 persen saham e-commerce terbesar di Indonesia itu. Total beban turun 32 persen menjadi Rp5,02 triliun dibanding sebelumnya Rp7,37 triliun, didukung penurunan beban penjualan, dan pemasaran 55,64 persen, lalu beban umum 34,93 persen.

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menilai kinerja kuartal I-2024 mencerminkan keputusan GOTO menggandeng TikTok dalam divestasi Tokopedia adalah hal tepat. Pasalnya, topline GOTO berhasil tumbuh meski tidak memperhitungkan lagi pendapatan dari Tokopedia.

"Ini baru bulan-bulan awal namun service fee dari Tokopedia cukup besar bagi GOTO. Setiap pertumbuhan GMV Tokopedia, GOTO akan menikmati kue (keuntungannya) secara langsung. Jadi tidak salah bisa Tokopedia masih bermanfaat bagi GOTO meski sudah tidak lagi berada dalam pengendalian," ujarnya.

Apalagi, tuturnya, GOTO terhindar dari pertarungan e-commerce yang makin menghangat sejak awal tahun. Beban persaingan Tokopedia dihandle oleh TikTok sebagai induk usaha. Sebagai informasi, ByteDance, induk TikTok merupakan startup raksasa global yang telah mencatat profit. 

Bytedance mencatatkan EBITDA USD40 miliar atau Rp640 triliun (kurs USD1 sejumlah Rp16.000) pada 2023 lalu, tumbuh 40 persen dari tahun sebelumnya USD25 miliar. "TikTok punya semuanya, modal kuat, ekosistem audience sangat besar. Tidak sulit bagi mereka untuk membuat Tokopedia menjadi nomor 1 dan terus memperbesar market share. Dan ini bagus untuk pendapatan GOTO," ujarnya. (*)