EmitenNews.com -“Penting balik modal dulu!”, kata-kata seperti pasti sering Kita dengar dari rekan-rekan pengusaha. Balik modal biasanya akan merajuk pada investasi awal kemudian didapatkan kembali seperti nilai investasi semula. Contoh Kita usaha toko roti di tahun 2025 dengan modal Rp 10.000.000, maka balik modal senilai Rp 10.000.000. Durasi kembali balik modal ditentukan berdasarkan arus kas yang masuk kembali. Misalnya awal investasi dilakukan pada tanggal 1 Januari 2025 dan pada bulan Januari laba pendapatan adalah Rp 3.000.000, Februari adalah Rp 1.000.000, bulan Maret sebesar Rp 4.000.000, serta bulan April mendapatkan pendapatan sebesar Rp 2.000.000. Dapat simpulkan bahwa waktu balik modalnya adalah 4 bulan setelah investasi usaha toko roti dilakukan. Balik modal juga diterjemahkan sebagai titik impas atas investasi yang telah ditanamkan sebelumnya.

Konsep mengenai balik modal terdengar sederhana. Payback Period, merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui waktu balik modal dapat diterima oleh seorang investor. Metode Payback Period dalam dunia investasi saham kurang begitu populer digunakan. Metode Payback Period lebih cenderung digunakan untuk model penganggaran. Seperti membeli mesin, peralatan dan investasi aset perusahaan lainnya. Tidak seperti ROI (Return on Investment), ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), DER (), dan lainnya yang begitu populer digunakan. Metode Payback Period cenderung mempunyai hubungan yang kuat dengan deviden.

Metode Payback Period mempunyai keunggulan yang apabila diterapkan dalam pemilihan saham, diantaranya 

  1. Metode yang sederhana
  2. Mudah dipahami 
  3. Mempercepat pengambilan keputusan investasi 
  4. Meningkatkan potensi keuntungan investasi
  5. Cocok untuk investasi jangka panjang 
  6. Bisa digunakan untuk membandingkan saham beda sektor 

Kelemahan metode Payback Period dalam menentukan saham, yaitu adalah tidak memperhatikan nilai uang. Dimana nilai uang semakin hari semakin menurun. Penurunan ini diakibatkan karena adanya inflasi yang terjadi.

Implementasi metode Payback Period, secara sederhana akan menghasilkan nilai waktu. Nilai waktu yang dimaksud ialah berapa lama balik modal kembali ke investor. Semakin cepat balik modal maka semakin baik. Sebaliknya semakin lama balik modal maka dinilai investasi semakin dinilai kurang menguntungkan. Pendapatan yang berada setelah nilai waktu balik modal dinamakan sebagai imbal hasil investasi. Nilai ini bisa dalam hari, bulan, maupun tahun sesuai selera penggunanya. Nilai waktu tersebut dihasilkan dari pembagian antara Investasi Awal dengan Arus Kas Masuk Neto (AKMN) Periodik atau pendapatan. Maka secara umum metode Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Payback Period = Investasi Awal/AKMN Periodik 

Apabila diterapkan untuk menentukan saham dengan balik modal tercepat, maka rumus metode Payback Period dapat dimodifikasi sebagai berikut:

Payback Period = Nilai Pembelian Saham / Rata – Rata Deviden

Nilai pembelian saham dapat diketahui ketika harga pembelian yang hendak dinginkan oleh investor. Rata-rata deviden dapat diketahui dari data DPS (Deviden Per Share) sebelumnya dengan cara mencari nilai rata-ratanya. Mencari nilai rata deviden saham tidak perlu keseluruhan data. Kita bisa menggunakan data 5 tahun ke belakang atau minimal 2 tahun ke belakang. Metode Payback Period cenderung digunakan untuk meramalkan waktu balik modal. Metode ini bisa digunakan dengan kolaborasi metode lainnya yang dapat memperkuat hasil analisis penentuan saham yang dianggap paling menguntungkan. Misalnya Seorang Investor membeli 

  1. Saham BJTM dengan nilai pembelian Rp 5.000.000 dan rata-rata deviden adalah Rp 500.000. Asumsi nilai pembelian saham BJTM adalah Rp 500 perlembar saham dengan jumlah 10.000 lembar atau 100 lot dan rata-rata deviden Rp 50 perlembar saham pertahun.
  2. Saham BJBR dengan nilai pembelian Rp 10.000.000 dan rata-rata deviden adalah Rp 800.000. Asumsi nilai pembelian saham BJBR ialah Rp 1000 perlembar saham dengan jumlah 10.000 lembar atau 100 lot dan rata-rata deviden Rp 80 perlembar saham pertahun.
  3. Saham UNVR dengan nilai pembelian Rp 11.000.000 dan rata-rata deviden yaitu Rp 1000.000. Asumsi nilai pembelian saham UNVR yaitu Rp 1.100 perlembar saham dengan jumlah 10.000 lembar atau 100 lot dan rata-rata deviden Rp 100 perlembar saham pertahun.
  4. Saham KLBF dengan nilai pembelian Rp 12.000.000 dan rata-rata deviden adalah Rp 500.000. Asumsi nilai pembelian saham KLBF adalah Rp 1.200 perlembar saham dengan jumlah 10.000 lembar atau 100 lot dan rata-rata deviden Rp 50 perlembar saham pertahun.
  5. Saham ASII dengan nilai pembelian Rp 45.000.000 dan rata-rata deviden ialah Rp 5.000.000. Asumsi nilai pembelian saham ASII ialah Rp 4.500 perlembar saham dengan jumlah 10.000 lembar atau 100 lot dan rata-rata deviden Rp 500 perlembar saham pertahun.
  6. Saham PGAS dengan nilai pembelian Rp 15.000.000 dan rata-rata deviden adalah Rp 1.000.000. Asumsi nilai pembelian saham PGAS adalah Rp 1.500 perlembar saham dengan jumlah 10.000 lembar atau 100 lot dan rata-rata deviden Rp 100 perlembar saham pertahun.

Maka dari ilustrasi diatas, dapat dihitung sebagai berikut:

  1. Payback Period saham BJTM = Rp 5.000.000/Rp 500.000 = 10 tahun
  2. Payback Period saham BJBR= Rp 10.000.000/Rp 800.000 = 12,5 tahun
  3. Payback Period saham UNVR = Rp 11.000.000/Rp 1000.000 = 11 tahun
  4. Payback Period saham KLBF = Rp 12.000.000/Rp 500.000 = 24 tahun
  5. Payback Period saham ASII = Rp 45.000.000/Rp 5.000.000 = 9 tahun
  6. Payback Period saham PGAS = Rp 15.000.000/Rp 1.000.000 = 15 tahun

Dari perhitungan metode Payback Period saham diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saham ASII mempunyai durasi atau waktu balik modal yang paling cepat daripada saham lainnya yaitu 9 tahun. Sementara itu saham terlama dalam balik modal adalah KLBF dengan waktu 24 tahun. Nilai pembelian saham yang paling rendah dan rata-rata deviden yang tinggi akan mempercepat durasi untuk balik modal. Sebaliknya jika nilai pembelian saham tinggi dan rata-rata deviden rendah akan mengakibatkan durasi balik modal semakin lama. Semakin cepat waktu balik modal maka semakin baik untuk memilih suatu saham dan sebaliknya jika durasi balik modal suatu saham maka prospek semakin kurang menarik.

Sebenarnya metode Payback Period dapat digunakan untuk memilih obligasi atau sukuk yang paling cuan berdasarkan cepatnya balik modal dan kecenderungan kupon atau imbal hasil yang tetap memudahkan dalam menghitungkan pendapatan yang diterima. Demikian yang Saya sampaikan. Kode saham yang ada di artikel ini hanya semata-mata sebagai ilustrasi untuk mempermudah dalam memahami materi yang disampaikan dan tidak memberikan rekomendasi membeli ataupun menjual suatu saham. Keputusan investasi tetap menjadi tanggung investor atau pembaca.