EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Jumat (11/3) dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street.
Semalam indeks saham Wall Street berakhir di zona merah dengan indeks S&P 500 mencatatkan penurunan kelima dalam enam hari terakhir. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik 6.3 bps menjadi 2.01%.
Investor memantau perkembangan terkini dalam konflik Rusia dan Ukrania di mana perundingan antara Menteri Luar Negeri Rusia dan Menteri Luar Negeri Ukrania berakhir tanpa kemajuan dalam mencapai gencatan senjata atau jalur aman evakuasi warga sipil yang ingin mengungsi dari kota Mariupol.
Selain itu, menurut analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha, investor juga mencerna rilis data Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) AS yang memperlihatkan bahwa inflasi tumbuh 7.9% Y/Y di bulan Februari. Ini merupakan inflasi tertinggi sejak Januari 1982 dan sejalan dengan ekspektasi pasar. Inflasi Inti (core CPI) naik 6.4% Y/Y, tertinggi dalam 40 tahun.
"Data ini memperkuat pandangan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan mereka minggui depan untuk mencegah ekonomi AS berjalan terlalu panas (overheating)," sebut Dustin.
Dari Eropa, bank sentral Eropa (ECB) berencana mengakhiri program pembelian aset di 3Q22. ECB mengatakan selama 3Q22 pembelian di bawah program Asset Purchase Programme (APP) akan lebih kecil jumlahnya dari yang di rencanakan dan akan berakhir di 3Q22, tergantung pada data ekonomi.
"Langkah ini cukup mengejutkan pasar, karena investor tidak mengantisipasi perubahan besar pada kebijakan mengingat ketidakpastian yang di timbulkan oleh perang di Ukrania," tambah Dustin.
ECB sekarang memproyeksikan tingkat inflasi sebesar 5.1%, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya, 3.2%. Pertumbuhan ekonomi (PDB) untuk tahun ini di ramalkan akan mencapai 3.7%, lebih rendah dari prediksi sebelumnya, 4.2%.
Di pasar komoditas, harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah turun selama dua hari beruntun dengan harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis WTI berada di bawah USD110 per barel.
Untuk perdagangan di BEI hari ini Phillip Sekuritas memprediksi IHSG cenderung melemah di rentang support 6.865 - resistance 6.950. Berikut data teknikal saham yang diunggulkan hari ini.
MIKA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend: Sideways
Trade Buy : 2190-2200
Target Price 1 : 2280
Target Price 2 : 2330
Stop Loss : 2100
JAWA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend: Bearish
Trade Buy : 197
Target Price 1 : 216
Target Price 2 : 222
Stop Loss : 178
NFCX
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend: Bearish
Trade Buy : 5825
Target Price 1 : 6525
Target Price 2 : 6900
Stop Loss : 5125
BACA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend: Bearish
Trade Buy : 204
Target Price 1 : 216
Target Price 2 : 222
Stop Loss : 192.(fj)
Related News
Transaksi Aset Kripto di Indonesia Hingga Oktober Tembus Rp475 Triliun
Parah! 97.000 Anggota TNI/Polri dan 80.000 Anak U-10 Main Judi Online
RI Kurang Kapal Penangkap Ikan, Prabowo Dorong PTDI Gandeng Embraier
Tekanan Jual Reda, IHSG Potensial ReboundĀ
Target Pungutan Ekspor Sawit Diturunkan, ini Rekomendasi Analis
Saham Telekomunikasi Jadi Unggulan Hari ini, Coba yang Berikut