EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Rabu (2/3) dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street.
Semalam indeks saham DJIA, S&P 500 dan NASDAQ semua di tutup turun sekitar 1.5%.
"Investor mengkhawatirkan peningkatan serangan Rusia terhadap Ukrania dan dampak dari sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan dunia barat atas Rusia," ulas analis Phillip Sekuritas Dustin Dana Pramitha tentang penyebab melemahnya indeks saham.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun turun 11.8 bps menjadi 1.72% karena investor mulai mempertimbangkan semakin besarnya risiko resesi ekonomi global.
Gangguan yang disebabkan oleh sanksi ekonomi telah menimbulkan pertanyaan mengenai dampak krisis Rusia – Ukrania terhadap pertumbuhan dan tingkat inflasi global. Harga komoditas yang tinggi berpotensi menjadi faktor pemberat dalam pertumbuhan ekonomi global dan dapat memicu inflasi di seluruh dunia sehingga membuat bank-bank sentral besar di dunia merasa perlu memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.
Pukulan terhadap pertumbuhan ekonomi global akan lebih keras lagi jika ternyata risiko geopolitik memperketat kondisi finansial global sehingga menambah ketidakpastian bagi dunia usaha.
Rusia tampak merubah taktik mereka dengan cara mengintensifkan pemboman pada sejumlah kota besar di Ukrania. Militer Rusia memberi peringatan dini bagi penduduk Kyiv untuk segera mengungsi dan pada saat yang sama menghujani kota Kharkiv dengan serangkaian tembakan roket.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah mengalami lonjakan dengan harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis WTI menembus USD100 pwr barel untuk pertama kali sejak Juni 2014.
Lonjakan harga ini terjadi meskipun International Energy Agency (IEA) setuju untuk merilis 60 juta baerl dari persediaan global untuk menolong meredakan tekanan pada pasar energi yang sebelum konflik Rusia- Ukrania pecah pun sudah cukup ketat.
Pelepasan 60 juta barel ini setara dengan 4% dari total persediaan darurat global yang mencapai 1.5 miliar barel.
Dari sisi makroekonomi, hari ini investor diperkirakan menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi (PDB) 4Q21 Australia, data perhitungan awal (Flash) inflasi bulan Februari zona Euro dan data pasar tenaga kerja AS (ADP Employment Report) untuk bulan Februari.
"Investor juga tentunya akan memantau penampilan ketua bank sentral AS (Federal Reserve) Jerome Powell di depan Komite Jasa Keuangan DPR AS hari ini dan di depan Komite Perbankan DPD AS pada hari Kamis," kata Dustin.
Investor menurutnya ingin mengetahui bagaimana situasi geopolitik mempengaruhi pandangan Federal Reserve berkaitan dengan kenaikan suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter untuk tahun ini.
IHSG hari ini diprediksi cenderung melemah di kisaran 6.890 - 6.970. Ini saham rekomendasi Phillip Sekuritas.
ISSP
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 402
Target Price 1 : 426
Target Price 2 : 444
Stop Loss : 380
MARI
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 336-338
Target Price 1 : 360
Target Price 2 : 372
Stop Loss : 316
TPIA
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 9300
Target Price 1 : 9775
Target Price 2 : 10025
Stop Loss : 8825.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha