EmitenNews.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menunjuk Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Areyanti dan Rekan sebagai penilai independen untuk menentukan nilai wajar dan nilai pasar saham perseroan per 30 Juni 2025. Hasil penilaian menunjukkan nilai pasar seluruh saham Garuda Indonesia sebesar Rp6,88 triliun, atau sekitar Rp75 per lembar saham.

Penunjukan KJPP Areyanti dan Rekan dilakukan berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor: GARUDA/JKTIBP/E/20206/2025 tertanggal 8 Agustus 2025 tentang Pengadaan Perusahaan Penilai Independen untuk Penentuan Nilai Wajar Saham dan Nilai Pasar PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Dalam laporannya, KJPP Areyanti dan Rekan menegaskan bahwa penilaian dilakukan atas 100% saham Garuda Indonesia atau sebanyak 91,48 miliar lembar saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Tujuan penilaian ini adalah untuk mendukung proses restrukturisasi dan penyesuaian strategi bisnis yang tengah dijalankan oleh manajemen Garuda Indonesia.

“Penugasan ini dilakukan untuk mengetahui nilai pasar saham Garuda Indonesia per 30 Juni 2025, sebagai dasar pengambilan keputusan strategis oleh manajemen dan pemangku kepentingan,” tulis laporan KJPP Areyanti dan Rekan, dikutip Jumat (7/11).

Pendekatan Pendapatan (Income Based Approach) melalui metode Discounted Cash Flow (DCF) dengan tingkat diskonto sebesar 8,65% dan potongan Discount for Lack of Marketability (DLOM) sebesar 20%.

Pendekatan Pasar (Market Based Approach) menggunakan metode Guideline Publicly Traded Company (GPTC).

Berdasarkan perhitungan gabungan kedua metode tersebut, estimasi nilai pasar 100% saham Garuda Indonesia sebesar US$423,91 juta atau setara dengan Rp6,88 triliun (kurs Rp16.234 per dolar AS). Nilai tersebut menghasilkan estimasi Rp75 per lembar saham.

Garuda Indonesia saat ini tengah melanjutkan proses restrukturisasi setelah berhasil melewati fase pemulihan pascapandemi. Maskapai pelat merah ini mengoperasikan lebih dari 600 penerbangan setiap hari ke lebih dari 90 destinasi domestik dan internasional, melalui dua brand utama: Garuda Indonesia dan Citilink.

Perseroan juga memiliki enam anak usaha, di antaranya PT Aerowisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF AeroAsia), PT Aero Systems Indonesia (ASYST), dan PT Sabre Travel Network Indonesia.

KJPP Areyanti dan Rekan menyatakan laporan ini disusun sesuai dengan Kode Etik Penilai Indonesia dan Standar Penilaian Indonesia (SPI) Edisi VII-2018, serta memperhatikan ketentuan Peraturan OJK No. 35/2020 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha. 

Pada perdagangan Jumat (7/11) saham GIAA stagnan di level Rp110. Dalam satu bulan terakhir GIAA naik 4,7 persen dari harga Rp 105 pada 9 Oktober 2025. Dalam enam bulan terbang 205 persen dari harga Rp36 pada 9 Mei 2025. Secara tahunan (YTD) GGIA naik 103 persen dari harga Rp54 pada awal Januari 2025.


Seperti diketahui Garuda Indonesia (GIAA) bakal menggeber private placement Rp23,67 triliun. Itu dengan melepas 315,61 miliar saham baru seri D. Pengeluaran saham anyar tersebut, dibanderol dengan harga pelaksanaan Rp75 per eksemplar. 

Koleksi dana jumbo itu, meliputi setoran modal dari Danantara Asset Management (DAM) Rp17,02 triliun, dan konversi pinjaman pemegang saham senilai Rp6,65 triliun. Dana hasil private placement tersebut untuk mendukung keberlangsungan usaha, dan memperbaiki posisi keuangan perseroan. Rincian penggunaan dana itu, antara lain sebagai berikut.

Sebesar 37 persen akan digunakan perseroan untuk modal kerja, dan operasional meliputi pembayaran biaya perawatan, dan perbaikan pesawat. Biaya perawatan dan perbaikan pesawat USD111,34 juta dari Share holder loan, dan Rp6,88 triliun dari penambahan modal tunai untuk pesawat tertentu yang jatuh periode 2025-2026.

Sebesar 63 persen untuk peningkatan modal kepada Citilink, melalui konversi pinjaman pemegang saham menjadi modal, dan setoran modal tunai. Fokus restrukturisasi Citilink untuk menghindari dampak risiko strategis dan dampak sosial terhadap masyarakat. Peningkatan modal Citilink diperkirakan dilakukan pada Desember 2025.