Fee based income ini efek dari digitalisasi. Suatu saat kontribusinya ke pendapatan akan di atas 40%,” jelasnya. 

 

Dalam konferensi pers paparan kinerja, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan kontribusi FBI terhadap perusahaan saat ini sebesar 11,37%. “Jadi ini sudah doubel digit, 11,37% total pendapatan kami disumbang oleh fee based income, bukan bunga.”

 

Selain FBI capaian laba BRI sepanjang 2022 juga tidak terlepas dari strategi efisiensi.  Menurut Sunarso, efisiensi juga dihasilkan dari perbaikan struktur pendanaan. Rasio CASA BRI turun sebesar 360 basis poin (bps) menjadi 66,7%, sehingga berdampak pada CoF yang juga menurun menjadi 1,87%.

 

Bila dirinci, CASA berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan DPK perusahaan. Sepanjang 2022, giro tumbuh 58,6% yoy dan tabungan naik 5,0% yoy. Pada akhirnya seluruh capaian tersebut membuat laba bank tumbuh, meskipun NIM turun. 

 

BRI mencatat rasio NIM turun 9 bps menjadi 6,8% per Desember 2022. Adapun terkait keberhasilan digitalisasi BRI, salah satunya, BRI mencatat mobile banking BRImo telah dipakai oleh 23,85 juta pengguna, naik 68,48% yoy.

 

Pada periode yang sama, nilai transaksi naik lebih dari 2 kali lipat menjadi Rp2.669 triliun dengan volume 1,83 miliar transaksi. Transformasi digital BRI juga terlihat dari kinerja Agen BRILink yang saat ini telah menjangkau lebih dari 77% desa di Indonesia. Nilai transaksi dari agen laku pandai tersebut telah mencapai Rp1.297 triliun dengan volume mencapai 1,08 miliar transaksi. ***