Utang Bengkak, Inocycle Technology (INOV) Malah Rugi di Kuartal III-2022
EmitenNews.com—PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV), membukukan kinerja yang bisa dibilang memburuk dibandingkan sebelumnya. Hal ini tercermin pada rugi tahun berjalan sebesar Rp8,79 miliar per September 2022. Terjun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang meraih laba tahun berjalan Rp25,69 miliar.
Merujuk data laporan keuangan INOV, tertera biaya-biaya yang harus ditanggung perseroan meningkat lebih tinggi daripada peningkatan penjualan. Beban pokok penjualan meningkat sebesar 17%, sedangkan beban usaha naik sebesar 21%.
Emiten yang bergerak di bidang daur ulang sampah botol plastik (PET) menjadi Recycled Polyester Staple Fiber (RePSF), berhasil membukukan penjualan sebesar Rp533,99 miliar pada kuartal III 2022, tumbuh 15% dari Rp464,64 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan tersebut setara 15% tahun ini. INOV melihat bahwa pasar daur ulang plastik akan terus tumbuh seiring dengan peningkatan permintaan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan produk daur ulang.
Namun kinerja keuangan perseroan memang tergerus, jika melihat posisi aset INOV yang senilai Rp937,22 miliar per 30 September 2022 memang naik, tapi hal itu karena kewajiban perseroan naik. Yaitu pada posisi liabilitas jangka pendek adanya utang bank jangka pendek yang naik jadi Rp343,85 miliar dari Rp277,19 miliar, utang usaha pihak ketiga naik jadi Rp36,85 miliar dari Rp21,59 miliar.
Sehingga secara akumulasi total liabilitas perseroan tercatat naik jadi Rp616,16 miliar dari sebelumnya di Desember 2021 hanya Rp556,01 miliar.
Adapun untuk jumlah ekuitas malah turun sisa Rp321,07 miliar dari sebelumnya Rp334,72 miliar.
Pertumbuhan pendapatan didorong oleh kenaikan volume penjualan RePSF, dimana produk RePSF masih menjadi growth catalyst di periode 9M22 dengan membukukan penjualan sebesar Rp378,13 miliar dan meningkat sebesar 18% YoY. Di samping itu, produk Non- woven juga membukukan pertumbuhan double digit sebesar 11% YoY per periode 9M22. Produk RePSF dan Non-woven memiliki fungsi yang serbaguna, menjadi core material untuk berbagai sektor industri.
“Penjualan INOV sejauh ini berjalan sesuai dengan ekspektasi kami, bisa tumbuh 15%. Artinya, manajemen memiliki perhitungan yang tepat akan potensi pertumbuhan pasar. Namun, pecahnya perang Rusia-Ukraina yang di luar kendali kita telah membuat harga barang-barang komoditas terutama energi naik tinggi, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berfluktuasi tajam sehingga menggerus pendapatan
Perseroan cukup dalam,” kata Direktur INOV, Victor Choi.
Tahun ini, Perseroan telah mengalokasikan belanja modal atau CAPEX sebesar 6 juta dollar AS (USD) yang bersumber dari dari pinjaman dan dana internal perusahaan. Belanja modal tersebut dialokasikan untuk membangun pabrik recycling center dan washing facilities di kota-kota kecil dan menengah di Indonesia. Pabrik RePSF yang ada di Medan diperkirakan bisa berproduksi secara komersial di Kuartal I-2023, dengan kontribusi penambahan kapasitas produksi sebesar 23% terhadap total kapasitas produksi yang sekarang yaitu 40.000 ton per tahun.
Related News
Potensi Aset Rp990 Triliun, Asbanda Siap Dukung Pembiayaan PSN
Ajak Investor Inggris Investasi di EBT, Menteri Rosan Buka Peluangnya
PKPU Pan Brothers (PBRX) Soal Utang Rp6,25T Diperpanjang 14 Hari
Maya Watono Kini Pimpin InJourney, Ini Profilnya
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram