Utang Diperkirakan Turun, Ekonomi Negara Emerging Market Akan Tumbuh 5,3%
EmitenNews.com -Fitch Ratings memperkirakan utang/PDB pemerintah secara umum (GG) akan turun pada sekitar setengah negara di Asia pada tahun 2023-2025. Namun, skala penurunan tersebut tampaknya tidak terlalu besar mengingat kuatnya pertumbuhan ekonomi regional dan peningkatan besar utang pemerintah di sebagian besar negara selama pandemi Covid-19.
Negara-negara di kawasan APAC menghadapi tantangan dalam jangka pendek akibat lemahnya permintaan eksternal. Namun demikian, kami memperkirakan tingkat median pertumbuhan ekonomi negara-negara maju di APAC pada tahun 2023-2025 akan rata-rata sekitar 2,2%, dibandingkan dengan 1,4% untuk negara-negara di Amerika Utara dan Eropa Barat. Negara-negara emerging market di APAC rata-rata akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,3% pada periode yang sama.
Meskipun terjadi pertumbuhan yang cepat, tingkat median utang/PDB GG di antara negara-negara di APAC turun hanya 1,9pp antara tahun 2022 dan 2025. Kami memperkirakan utang/PDB pada tahun 2025 akan tetap lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 untuk sekitar 80% negara di APAC.
Pendekatan kebijakan yang memprioritaskan pertumbuhan, dan upaya pemerintah untuk memitigasi dampak tingginya inflasi global, turut menyebabkan lambatnya konsolidasi fiskal. Namun, dalam beberapa kasus, peningkatan ini masih melanjutkan tren yang terjadi sebelum pandemi terjadi. Ruang fiskal yang terbatas dan pertumbuhan yang kuat dapat membuat beberapa negara rentan terhadap guncangan di masa depan.
Beberapa negara berkembang di Asia yang tumbuh pesat – termasuk Tiongkok (A+/Stabil), India (BBB-/Stabil) dan Bangladesh (BB-/Negatif) – termasuk di antara negara-negara yang kami memperkirakan utang/PDB akan terus meningkat pada tahun 2023-2025 , melanjutkan peningkatan yang sudah besar selama pandemi.
Utang pemerintah meningkat dari jumlah yang relatif rendah di Tiongkok dan Bangladesh, meskipun angka ini tidak termasuk utang sarana keuangan pemerintah daerah Tiongkok. Sementara itu, beban utang dan bunga India sudah tinggi dibandingkan negara-negara lain dalam kategori 'BBB', sehingga membatasi peringkat India.
Related News
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya