Menurut dia, secara fundamental kinerja entitas usaha PT Pertamina (Persero) ini baik hingga kuartal III-2022, tercatat laba bersih mencapai 111,43 juta dolar AS.

 

Adapun, laba tersebut didorong oleh pendapatan yang mencapai 287,39 juta dolar AS hingga kuartal III-2022. "Kalau kita lihat selama ini total pendapatan PGE itu setiap tahun meningkat 5 hingga 10 persen," ujar Pahala.

 

Perusahaan di bidang panas bumi ini resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan meraih dana sebesar Rp9,05 triliun.

 

"Pelepasan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) untuk mendukung rencana perseroan mengembangkan kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 MW (mega watt) hingga 2027 mendatang," ujar Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.

 

PGE menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027, serta untuk mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumber daya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE 'Energizing Green Future'.

 

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).

 

Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.