EmitenNews.com - Sementara itu, Wakil Menteri Investasi dan Hilirasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, menekankan pentingnya penguatan pengembangan dan iklim investasi di Indonesia.


Pada tahun 2024, target investasi Indonesia ditetapkan sebesar Rp1.650 triliun, meningkat dari Rp1.400 triliun pada tahun sebelumnya. Pada bulan September 2024, total realisasi investasi mencapai Rp1.261 triliun, atau sebesar 76,45% dari target yang ditetapkan Presiden RI.


Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi rata-rata 8% pada lima tahun ke depan ada beberapa langkah strategi yang dipaparkan Wameninves. Diantaranya peningkatan investasi dan hilirisasi, digitalisasi, dan ekonomi hijau.


Terkait peningkatan investasi, diperlukan strategi investasi yang komprehensif, termasuk bagaimana realisasi investasi serta investasi yang memiliki nilai tambah.


“Perjanjian Kerja sama ini menjadi salah satu faktor yg mendukung investasi, sehingga apabila ditambah digitalisasi akan menciptakan kemudahan investasi untuk mendukung realisasi investasi", ujarnya dalam acara Central Banking Service Excellent Achievement (CBSEA) 2024, di Jakarta, Kamis (13/11).


Dalam acara yang mengangkat tema “Transformasi Digital Layanan Kebanksentralan Bank Indonesia – Inovasi Peningkatan Layanan Prima dan Keberlanjutan" Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menegaskan komitmen BI menghadirkan layanan kebanksentralan yang semakin inovatif, digital, dan efisien, termasuk dalam pengelolaan dokumen.


Hal ini diwujudkan dalam berbagai inovasi dalam penyelenggaraan layanan kebanksentralan. Pertama, melalui pembentukan Unit Layanan Single Window (ULSW) yang berperan penting dalam titik kontak koordinasi serta optimalisasi tata kelola data dalam kerangka layanan Indonesia National Single Window.


Kedua, inovasi dalam penyelenggaraan layanan kebanksentralan melalui Galeri Aplikasi Layanan Bank Indonesia (ALBI). Galeri ALBI merupakan layanan tatap muka bagi stakeholders Bank Indonesia atau pelaku usaha untuk dapat berinteraksi, konsultasi maupun akses terhadap layanan kebanksentralan.


Ketiga, digitalisasi prosedur operasional standar (SOP) serta pembentukan gugus tugas untuk peningkatan infrastruktur layanan kebanksentralan, khususnya front office, middle office, back office, dan Core Banking System (CBS).


Dalam sambutannya Destry menyampaikan bahwa pelaksanaan kerja sama antar lembaga ini merupakan wujud nyata untuk mencapai penyelenggaraan layanan perizinan di sektor keuangan yang Profesional, Akuntabel, Simpel, Transparan, dan Informatif (PASTI) guna meningkatkan ease of doing business, memastikan pemain industri keuangan yang kredibel, serta pelindungan terhadap konsumen.


“Berbagai capaian inovasi yang telah dilakukan tak lepas dari sinergi baik antara Bank Indonesia dengan para stakeholders. Ke depan sinergi dan digitalisasi layanan harus terus ditingkatkan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders yang juga akan terus meningkat. Dengan demikian bersama-sama kita bisa memberikan layanan yang andal, prima, dan berstandar internasional", pungkas Deputi Gubernur Senior.(*)