EmitenNews.com - Ini harapan besar pemerintah. Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengungkapkan, pemerintah menargetkan ada 53 unit smelter hingga 2024. Itu berarti bertambah lebih dari 100 persen, dari 21 unit smelter yang ada saat ini. Fasilitas itu dibutuhkan seiring dengan adanya larangan ekspor bahan baku mentah (raw material) produk tambang.


Wapres Ma’ruf Amin mengungkapkan hal tersebut saat meresmikan pembangunan kawasan smelter PT Nusantara Industri Sejati (NIS)/NT Corp, di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Kamis (19/5/2022). Smelter milik PT NIS tersebut difokuskan pada tambang nikel.


Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan, cadangan nikel di Indonesia mencapai 72 juta ton. Jumlah tersebut setara dengan 52 persen dari total cadangan nikel dunia. Karena itu, Ma’ruf mengatakan, Indonesia memegang peran sangat penting dalam penyediaan nikel di pasar dunia.


Wapres mengingatkan, eksplorasi nikel harus dilakukan dengan bijak supaya tidak hanya bisa dinikmati generasi saat ini. ’Ekstraksi sumber daya alam, kata dia, tidak bisa dilakukan secara berlebihan. Tetapi, harus dengan mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan. Aspek keberlanjutan itu, di antaranya, harus memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup.


Sejauh ini, pemerintah berupaya melakukan integrasi pertambangan dari hulu sampai hilir supaya memberikan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat. Karena itu, menurut Wapres, teknologi pertambangan harus benar-benar dikuasai SDM Indonesia. Fasilitas yang ada di PT NIS harus bisa menyerap SDM sebanyak-banyaknya.


Dalam kesempatan yang sama Presiden Komisaris NT Corp Nurdin Tampubolon mengatakan, pembangunan smelter merupakan wujud dukungan terhadap kebijakan pemerintah yang melarang ekspor raw material produk tambang. Smelter nikel yang dibangun nanti menghasilkan feronikel. Bahan itu digunakan untuk produk turunan nickel metal, ni powder, baterai, industri otomotif, produk rumah tangga, dan peralatan kesehatan.


Smelter yang dibangun di Konawe Utara itu, menggunakan teknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF). Kapasitas produksinya 500 ribu ton feronikel (feni) per tahun, dengan kadar nikel 10–12 persen. Pada tahap pertama, luas area yang digunakan mencapai 375 hektare di Kecamatan Motui, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. ***