EmitenNews.com - Indeks bursa Wall Street akhir pekan lalu ditutup melemah. Itu setelah mengalami profit taking menjelang long weekend. NYSE libur labor day pada Senin, 1 September 2025. Indeks Core PCE Juli 2025 naik 2,9 persen dari edisi Juni 2025 di level 2,8 persen YoY.

Indeks Core PCE itu, sesuai dengan estimasi, namun merupakan level tertinggi sejak Februari 2025. Sementara itu, pengadilan banding federal Amerika Serikat (AS) memutuskan sebagian besar tarif Presiden Donald Trump ilegal. Pasalnya, yang berhak menetapkan tarif adalah Kongres. 

Investor akan mencermati data tenaga kerja AS pekan ini. Fokus perhatian pasar akan tertuju pada perkembangan situasi keamanan, dan politik dalam negeri. Kalau gangguan keamanan meluas, dikhawatirkan berdampak pada defisit kepercayaan investor dapat mengakibatkan outflow investor asing.

Rupiah lemah, peningkatan risiko investasi, dan berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi jika berlangsung lama karena aktivitas ekonomi, dan distribusi barang tergenggu. Kalau ketidakpastian politik berlangsung lama dikhawatirkan berpengaruh terhadap fundamental makro ekonomi, dan kinerja emiten. 

Data indikator ekonomi domestik yang rilis pada Senin 1 September 2025, yaitu PMI manufacturing, neraca perdagangan, inflasi, dan kunjungan wisatawan. So, indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi kembali menguji level 7.800. Kalau mampu bertahan, indeks akan bergerak sideways di kisaran 7.800-7.900.

Selanjutnya, kalau situasi sudah kondusif, indeks berpotensi menguji level resistance 7.900-7.940.  Sebaliknya, kalau indeks ditutup di bawah level 7.760, maka diperkirakan berpotensi menguji level support  7.630-7.680.  

Menilik data dan fakta tersebut, Phintraco Sekuritas menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Antara lain Alamtri Resources (ADRO), Samudera Iindoesa (SMDR), Indika Energy (INDY), Bank BTPN Syariah (BTPS), Astra Otoparts (AUTO), dan Indocement (INTP). (*)