EmitenNews.com—Akuntan publik pemeriksa laporan keuangan tahun 2022 masih meragukan kelangsungan usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) karena kewajiban jangka pendek mencapai USD922,76 juta, tapi aset lancar hanya sebesar USD772,7 juta.

 

Selain itu, BUMI masih defisit senilai USD2,362 miliar, atau telah menyusut 18,18 persen dibanding tahun 2021 yang mencapai USD2,887 miliar.

 

“Kondisi ini mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian usaha material atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Donny Iskandar Maramis, Akuntan Publik dari KAP Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan dalam laporan audit yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (28/3/2023).

 

Untuk keluar dari kondisi itu, BUMI dalam catatan 46 menyatakan terus berusaha untuk meningkatkan keunggulan operasionalnya melalui peningkatan volume produksi, penekanan biaya-biaya dan peningkatan efisiensi.

 

“Rencana strategis lainnya yang sedang dilakukan Grup adalah mempercepat pengembangan BRMS, Arutmin dan anak-anak usaha lainnya dengan memanfaatkan harga komoditas yang semakin membaik,” tulis manajemen BUMI.

 

Menariknya, Emiten tambang batu bara grup Bakrie dan grup Salim ini membukukan laba bersih sebesar USD525,27 juta, atau naik 212 persen dibanding tahun 2021.

 

Alhasil, laba per saham per 1000 saham dasar/dilusian terkerek ke level USD3,14 per lembar, sedangkan di akhir tahun 2021 berada di level USD2,27.

 

Jika dirunut, pendapatan naik 81,5 persen menjadi USD1,83 miliar yang ditopang peningkatan nilai ekspor batu bara sebesar 111,2 persen menjadi USD1,014 miliar.

 

Senada, penjualan batu bara ke dalam negeri terangkat 55,8 persen menjadi USD804,37 juta. Walau beban pokok pendapatan membengkak 81,01 persen menjadi USD1,459 miliar. Tapi laba kotor tetap naik 84,07 persen menjadi USD370,64 juta.