EmitenNews.com—Pelaku pasar dapat memanfaatkan kondisi tertekannya saham-saham di bursa Amerika Serikat untuk memulai investasi dengan cara memitigasi risiko.

 

Direktur Hubungan Masyarakat Pluang, Wilson Andrew menyampaikan, dalam kondisi pasar bursa Amerika Serikat tengah mengalami tekanan akibat krisis perbankan, banyak dimanfaatkan pelaku pasar untuk mengambil posisi beli.

 

“Kita melihat ada beberapa tipe investor melihat saat ini time to buy pada saham-saham dengan fundamental kuat,” kata Wilson kepada media di Jakarta, Kamis (16/3/2023).

 

Ia mengakui, sentimen krisis perbankan di Amerika Serikat telah berdampak pada saham-saham sektor perbankan dan teknologi. Tapi pada saat yang sama, minat untuk berinvestasi di saham-saham bursa Amerika serikat masih tinggi. “Apalagi kapitalisasi pasar bursa Amerika Serikat paling besar,” ungkap dia.

 

Melihat tren itu, Pluang meluncurkan fitur Pocket guna mempermudah manajemen risiko investasi dengan berinvestasi langsung di beragam aset dengan praktis. Hal ini tentunya akan sangat berguna ketika pasar tengah bergejolak.

 

“Pocket membantu investor meminimalisasi risiko investasi melalui diversifikasi. Lewat aset saham AS yang telah dikurasi oleh tim Pluang, investor bisa menghemat waktu untuk melakukan riset dan analisis setiap aset,” papar dia.

 

Ia mengingatkan, bahwa investasi saham Amerika Serikat memiliki risiko tinggi dan akan lebih menguntungkan bila diinvestasikan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, yang terbaik adalah tetap berinvestasi dan tidak panik saat saham mengalami gejolak harga.

 

“Kami telah memilihkan lebih dari 100 saham AS yang telah dianalisa oleh tim kami untuk di Pocket,” pungkas dia.

 

Pluang meluncurkan kampanye #BukaPluangmu dalam rangka mendorong semangat inklusi keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi. Lewat #BukaPluangmu, pihaknya berupaya memperluas akses ke beragam alternatif pilihan investasi para investor Indonesia. Disampaikan dalam keterangan resmi, Director of CEO Office Pluang Andreas Agung Hendrawan mengungkap, 2023 disebut sebagai tahun resesi, disebabkan oleh inflasi dan kenaikan suku bunga bank sentral.