EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (10/1) dibuka datar (flat) dengan kecenderungan melemah.


Pelemahan indeks saham di Asia karena investor menantikan rilis data inflasi (Consumer Price Index atau CPI) AS pada hari Rabu mendatang yang dapat mendorong kenaikan suku bunga acuan lebih cepat oleh bank sentral AS (Federal Reserve).


Faktor lain yang menekan indeks saham Asia, investor tampak masih mempertimbangkan pukulan terhadap ekonomi dari penyebaran varian Omicron virus Covid-19.


"Ledakan jumlah kasus global telah mengancam memangkas belanja konsumen dan pertumbuhan ekonomi tepat pada saat Federal Reserve mempertimbangkan untuk mematikan keran likuiditas," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.


Indeks saham utama di Wall Street mencatatkan penurunan di minggu pertama perdagangan 2022. NASDAQ jatuh 4.5%, terparah sejak Februari 2021. Sedangkan S&P 500 membukukan penurunan mingguan hampir 2%, sementara DJIA menciut 0.3%.


Imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun naik 5 bps menjadi 1.77%. "Yield surat utang Pemerintah AS bergerak naik sepanjang minggu lalu sehingga memberi tekanan pada pasar saham AS, khususnya pada saham di sektor Teknologi," tambah Dustin. Yield US Treasury berada di sekitar 1.5% pada akhir tahun 2021.


Data pasar tenaga kerja (Non-Farm Payrolls atau NFP) AS bulan Desember memperlihatkan pertumbuhan upah yang kencang sehingga memicu kekhawatiran atas inflasi. Hal ini memperkuat pandangan bahwa bulan Maret kemungkinan besar menjadi titik awal dari kenaikan pertama suku bunga acuan oleh Federal Reserve.


Data NFP menunjukkan bahwa ekonomi AS secara tak terduga hanya menambah 199,000 pekerja selama bulan Desember, lebih rendah dari ekspektasi penambahan 450,000 dan angka di bulan November 249,000. Tingkat Pengangguran turun menjadi 3.9%, terendah selama pandemik, dari 4.2% di bulan November dan lebih baik dari ekspektasi (4.1%).


Rata-rata Upah per Jam (Average Hourly Earnings) tumbuh 0.6% M/M (+4.7% Y/Y), lebih cepat dari estimasi 0.4% M/M (+4.2% Y/Y) dan kenaikan 0.4% M/M (+5.1% Y/Y) di bulan November.


Di pasar komoditas, harga minyak mentah melemah pada hari Jumat. Namun secara mingguan mencatatkan kenaikan sekitar 5%, didorong oleh kekhawatiran terhadap aliran pasokan pasca terjadinya kerusuhan di Kazakhstan dan penurunan produksi di Libya selama fase perbaikan (maintenance) jaringan pipa minyak. Di tambah lagi, laju pertumbuhan pasokan dari OPEC+ lebih rendah dari laju pertumbuhan permintaan.


Untuk perdagangan di BEI hari ini Phillip Sekuritas memprediksi IHSG bergerak bearish di rentang 6.660 - 6.725. Berikut data teknikal saham-saham yang direkomendasikan.


BBNI
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 7,050
Target Price 1 : 7,575
Target Price 2 : 8,175
Stop Loss : 6,750


SRTG
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 2,850
Target Price 1 : 2,990
Target Price 2 : 3,120
Stop Loss : 2,750


WOOD
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 765
Target Price 1 : 805
Target Price 2 : 820
Stop Loss : 745