Sejak diluncurkan tanggal 26 September 2023 hingga tanggal 10 November 2023, transaksi unit karbon mencapai total 468.124 ton dengan total nilai transaksi baru mencapai Rp29,45 miliar dan jumlah pengguna jasa sebanyak 33 perusahaan.

 

Pasar modal juga semakin mengadopsi prinsip berkelanjutan, di mana perusahaan yang menerapkan prinsip ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik) cenderung mengalami peningkatan aset. 

 

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan saat ini ada 80 emiten (perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa) yang mendapatkan scoring atau penilaian ESG dari lembaga rating Morningstar Sustainalytic. Penilaian itu ternyata berkorelasi dengan performa nilai saham emiten.

 

"Berdasarkan data sampai September 2023, sebanyak 50% dari perusahaan tercatat dengan skor ESG rendah, yang mengindikasikan skor semakin rendah maka semakin bagus. Mereka alami apresiasi harga tahunan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko ESG medium dan tinggi," kata Iman, beberapa waktu yang lalu.

 

Berdasarkan penilaian dengan lembaga terkait, BEI mempunyai skor ESG sebesar 16.9 pada 11 September 2023. Skor itu paling rendah kedua dibandingkan dengan bursa lain di Asia Pasifik. Artinya, kepatuhan BEI pada prinsip keberlanjutan tergolong baik.

 

Kecerdasan Buatan

 

Selain kecanggihan teknologi, OJK dan Self Regulatory Organization (SRO) sebagai otoritas, regulator, dan lembaga pengawas di Pasar Modal Indonesia, serta perusahaan efek sebagai pelaku industri juga harus mulai memanfaatkan secara maksimal tidak hanya kecanggihan teknologi, namun dari sisi digitalisasi.

 

Menurut Pengamat Ekonomi dari Binus University Doddy Ariefianto dalam kajian dari Ernst & Young (2021) memperkirakan bahwa teknologi Distributed Ledger (DLT) bersama dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Advanced Analytics dan Cloud akan dapat menjadi game changer bagi pasar modal di masa depan.