EmitenNews.com - Salah satu perusahaan sekuritas milik BUMN memprediksi bahwa investasi infrastruktur serat optik oleh PT Link Net Tbk (LINK) dapat memberikan dampak positif bagi emiten menara telekomunikasi dalam meningkatkan pendapatan baru dari sektor ini.

Dua perusahaan yang diperkirakan akan merasakan manfaat dari langkah Link Net ini adalah PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), anak perusahaan Grup Telkom, dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang merupakan bagian dari Grup Djarum.

Menurut analis BRI Danareksa, Richard Jerry dan Christian Sitorus, “Potensi investasi infrastruktur FTTH (Fiber To The Home) dari Link Net bisa sangat menguntungkan bagi perusahaan menara seperti TOWR dan MTEL.” Dengan demikian, kedua perusahaan tersebut dapat memperkuat strategi monetisasi serta meningkatkan penyebaran jaringan fiber optik, yang berpotensi menghasilkan pendapatan baru.

FTTH merupakan teknologi yang memanfaatkan kabel fiber optik untuk mentransfer data dari jaringan internet ke perangkat pengguna.

Pada akhir Juni 2024, jumlah menara Mitratel mencapai 38.581 unit, meningkat 5,1% secara tahunan, sehingga tetap menjadi pemilik menara terbanyak di Asia Tenggara. Panjang jaringan fiber optik Mitratel kini mencapai 37.602 km, tumbuh 37,9%, sementara Sarana Menara memiliki jaringan fiber optik sepanjang 186.571 km per kuartal I-2024.

BRI Danareksa merekomendasikan untuk membeli saham MTEL dengan target harga Rp 960 per saham, mengingat MTEL memiliki keunggulan jangkauan di luar Jawa serta rasio utang yang rendah (2,2 kali). Perusahaan juga berencana untuk mengejar bisnis fiber dari Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) sebagai sumber pendapatan utama.

Selain itu, Mitratel dan Grup Telkom sedang menjajaki pasar pita lebar tetap (FTTH) untuk memanfaatkan investasi di FTTT (Fiber To The Tower), tulis Richard dan Christian.

MTEL juga akan merasakan keuntungan dari penurunan suku bunga acuan, yang akan mengurangi beban bunga dan memperbaiki kinerja keuangan. Suku bunga yang lebih rendah juga membuka peluang untuk mencari sumber pendanaan baru bagi ekspansi, terutama dengan rasio utang yang tergolong rendah.

Sebelumnya, analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, Daniel Widjaja dan Brandon Boedhiman, menetapkan target harga saham MTEL di Rp 800, dengan target konsensus mencapai Rp 824. Mereka menyatakan bahwa potensi permintaan infrastruktur menara akan meningkat, seiring dengan perluasan jaringan 5G dan kebutuhan pusat data yang semakin tinggi.

Data dari BEI menunjukkan bahwa saham MTEL telah menguat 4% dalam tiga bulan terakhir, dengan investor asing mengakumulasi pembelian saham MTEL senilai Rp 10,26 miliar dalam sebulan terakhir.

Menurut laporan DealStreetAsia, Link Net telah menunjuk UBS sebagai penasihat keuangan untuk penjualan aset fiber senilai US$ 400 juta (sekitar Rp 6,2 triliun), yang diharapkan dapat diselesaikan pada akhir tahun ini. Terdapat tiga calon pembeli, yaitu I Squared Capital, yang berencana berinvestasi US$ 5 miliar di Asia-Pasifik pada 2025-2027, Sinar Mas Group yang aktif dalam akuisisi aset fiber, dan Protelindo, anak perusahaan TOWR.