Ashmore: Suku Bunga Kemungkinan akan Menurun, Aset Emerging Market Diuntungkan
EmitenNews.com -Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan pertama Mei, Jumat (5/5), dengan menurun 0,82 persen ke posisi 6.788, lebih rendah dari esei penutupan pekan sebelumnya di level 6.916. Namun investor asing ekuitas membukukan arus masuk sebesar USD15 juta dalam seminggu terakhir.
PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat, beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri, antara lain, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke kisaran 5%-5,25% dalam rapat Mei, kenaikan ke 10 kalinya, dan mendorong biaya ke level tertinggi sejak September 2007. Keputusan tersebut sejalan dengan ekspektasi pasar.
Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 bps pada rapat Mei, menandakan perlambatan pengetatan kebijakan. Namun demikian, biaya pinjaman kini telah mencapai level tertinggi sejak Juli 2008. ECB telah tujuh kali berturut-turut menaikkan suku bunga karena berusaha memerangi inflasi tinggi meskipun risiko resesi sedang berlangsung.
Surplus perdagangan Jerman meningkat menjadi EUR16,7 miliar pada Maret 2023, dari EUR 16,1 miliar yang sedikit direvisi pada Februari, mengalahkan ekspektasi pasar sebesar EUR 16,1 miliar. Ini adalah surplus perdagangan terbesar sejak Februari 2021, karena ekspor turun lebih sedikit daripada impor.
PMI Manufaktur Umum Caixin China tiba-tiba turun menjadi 49,5 pada April 2022 dari 50,0 pada Maret, meleset dari perkiraan pasar 50,3. Ini adalah kontraksi pertama dalam aktivitas pabrik sejak Januari di tengah berlangsungnya penurunan sektor properti dan kekhawatiran perlambatan global.
Reserve Bank of Australia secara tak terduga menaikkan suku bunga sebesar 25bps menjadi 3,85% di bulan Mei setelah mempertahankannya di 3,6% pada April lalu. Ini adalah kenaikan ke-11 kalinya dalam setahun terakhir, menentang prediksi pasar untuk berhenti sejenak dan mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi sejak April 2012.
Perekonomian Indonesia meningkat sebesar 5,03% yoy di Q1 tahun 2023, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 4,95% setelah kenaikan 5,01% di Q4 tahun 2022. Ini adalah periode ekspansi ke-8 berturut-turut, di tengah peningkatan konsumsi rumah tangga yang lebih cepat dan pemulihan konsumsi pemerintah
Mencermati perkembangan tersebut, berikut pendapat Ashmore dalam Weekly Commentary , Jumat (5/5);
Apa yang terjadi dalam seminggu terakhir ini? IHSG pekan ini ditutup lebih rendah dari minggu sebelumnya, terutama didorong oleh sektor Energi dan Industri. Kedua sektor itu masing-masing menyumbang -6,97% dan -6,63% terhadap indeks.
Related News
Deviden BUMN Tahun 2024 Naik Rp4,3 Triliun Jadi Rp85,5 Triliun
Lanjut Menguat, IHSG Jajaki Level 7.242
22 Juta Keluarga Akan Terima Bantuan Beras 10 kg, ini Rekomendasinya
Amati Perkembangan Saham Sektor Teknologi, Intip Saham Bank Berikut
Mengekor Wall Street, IHSG Lanjut Menyala
Pasar Fluktuatif, Koleksi Saham BBRI, BBNI, dan BBTN