EmitenNews.com - Indeks-indeks Wall Street mengakhiri perdagangan Jumat, 27 September 2024 dengan beragam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) surplus 0,33 persen sukses membukukan level tertinggi baru. Sentimen positif berasal dari indikasi perlambatan inflasi.

Itu dari penurunan Personal Consumption Expenditure (PCE) edisi Agustus 2024 ke level 2,2 persen yoy dari posisi Juli 2024 di kisaran 2,5 persen yoy. Data itu, memvalidasi agresivitas pemangkasan suku bunga the Fed dalam FOMC terakhir. 

Sementara itu, indeks-indeks Eropa melanjutkan apresiasi. Penguatan itu, ditopang rally harga saham-saham luxury goods menyusul ekspektasi peningkatan demand dari Tiongkok pasca-stimulus moneter oleh PBOC pekan lalu. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak berkebalikan dengan indeks-indeks global, dan regional akhir pekan lalu. Di samping indikasi profit taking, peningkatan appetite pasar terhadap pasar modal Asia Timur turut menekan IHSG. Itu sejalan net sell investor asing signifikan dalam beberapa hari perdagangan terakhir. 

Stimulus-stimulus moneter di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok nampaknya belum sempat berdampak pada manufaktur Indonesia periode September 2024. Indeks manufaktur Indonesia diperkirakan berada di 49.5 pada September 2024, naik terbatas dari edisi Agustus di level 48.9. 

Selanjutnya, harga-harga terindikasi mengalami kenaikan edisi September 2024. Itu berasal dari kenaikan inflasi inti periode September 2024 ke posisi 2,6 persen yoy dari posisi Agustus 2024 di kisaran 2,02 persen yoy.

Menilik data dan fakta itu, sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 30 September 2024, IHSG diperkirakan melebar di kisaran 7.600-7.800. Phintraco Sekuritas menjagokan sejumlah saham berikut. Antara lain JSMR, ABMM, ERAA, TKIM, MAPA, dan MIDI. (*)